Tepat dua tahun setelah kasus pertama Covid-19 diumumkan di Indonesia pada 2 Maret 2020, penularan virus corona belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Kendati penularan harian menunjukkan tren menurun, ancaman varian Omicron masih patut diwaspadai di saat program vaksinasi belum tuntas.
Mobilitas masyarakat pun tetap tinggi terutama saat libur panjang - seperti terjadi pada akhir Februari - walau pemerintah masih menerapkan kebijakan PPKM level 3 dan 4 di berbagai tempat.
Para pakar kesehatan mengingatkan kerumunan orang di suatu tempat dengan disiplin protokol kesehatan yang longgar tetap berisiko memicu kasus infeksi Covid-19 kendati sudah banyak yang divaksin.
"Menurut saya pemerintah mulai melonggarkan aturan yang mungkin mengaminkan keinginan masyarakat," kata epidemiolog dari Universitas Sriwijaya, Najmah Usman, sehingga ini jadi tantangan dalam mengendalikan laju penularan.
Padahal, menurut grafik di bawah ini, tren garis kasus Covid yang terkonfirmasi menunjukkan Indonesia masih dilanda gelombang ketiga.
Angka infeksi harian Covid pada Februari lalu - yaitu 64.718 kasus pada tanggal 16/02 - melampaui rekor pada gelombang kedua (Juli 2021) dan gelombang pertama (Januari 2021).
Pembatasan mobilitas masyarakat, mulai dari PSBB hingga PPKM, tidak dapat menahan laju kenaikan infeksi.
Baca juga:
Walau dalam beberapa hari terakhir angka kasus baru per harinya menunjukkan tren menurun hingga akhir Februari, tingkat kematian penderita Covid tetap signifikan, masih di atas 200 kasus per hari.
Tanda-tanda Indonesia masuk gelombang ketiga adalah saat terjadi peningkatan tajam kasus harian dari 11.000 menjadi 17.000 di awal Februari dan positiviy rate sudah di atas 30 persen, ungkap Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Melonjaknya lagi kasus penularan Covid di awal tahun ini tak lepas dari varian Omicron.
Setelah tahun lalu diguncang varian Delta yang mencetak rekor kasus harian di gelombang penularan kedua, kini Indonesia berjuang mengatasi ancaman varian Omicron, yang penularannya 5 kali lipat dari Delta.
Menurut pakar epidemiologi dari Universitas YARSI, Profesor Tjandra Yoga Aditama, Omicron memiliki sejumlah perbedaan dengan varian-varian sebelumnya,
Omicron memiliki penyebaran yang lebih cepat, memiliki kemungkinan infeksi ulang dan menimbulkan serangan pada sistem imun yang bisa berpengaruh pada efikasi vaksin.
Memang tidak butuh waktu lama, walau pemerintah sempat mengkarantina semua pengidapnya yang baru datang dari luar negeri Desember lalu, Omicron pun menular dengan cepat.
Lapor Covid-19 mengungkapkan bahwa dari grafik rerata 7 harian angka kasus baru Covid-19 yang mereka susun, gelombang varian Omicron melesat lebih cepat daripada varian Delta selama 30 hari pertama.
"Jumlah kasus baru Covid-19 pada hari pertama gelombang Omicron (5 Januari 2022) sebesar 404 kasus, kemudian dalam waktu 30 hari menjadi 27.197 kasus atau meningkat sebesar 67 kali lipat.
Sedangkan gelombang Delta menunjukkan peningkatan jumlah kasus baru selama 30 hari hanya 2 kali lipat," ungkap Lapor Covid-19.
Belum bisa dipastikan apakah puncak kasus Omicron ini telah lewat, walau di hari-hari terakhir bulan Februari terus menunjukkan penurunan jumlah kasus baru - tidak sampai mendekati rekor tertinggi pada 16 Februari lalu yang sebesar 64.718 kasus.
"Kami masih memonitor mengingat kasus konfirmasi masih fluktuatif," kata juru bicara vaksinasi dari Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi, kepada BBC News Indonesia, (27/2).
Namun angka kematian harian masih relatif tinggi. Sejak 17 Februari lalu angka kematian harian hampir selalu di atas 200 kasus - tertinggi sebanyak 317 kasus pada 24 Februari lalu.
Pemerintah memperkirakan untuk gelombang penularan kali ini puncak dari kasus kematian akan terjadi pada 15-20 hari sesudah puncak kasus Covid-19.
Sebelumnya, selama 1 Oktober 2021 hingga 10 Februari 2022, jumlah kematian harian tidak sampai menyentuh angka 100.
Angka kematian tertinggi harian selama pandemi terjadi pada 27 Juli 2021, yang sebanyak 2.069 kasus, ketika terjadi puncak penularan Delta.
Sejak pandemi, wilayah-wilayah di Pulau Jawa yang dihuni lebih dari setengah penduduk di Indonesia, mendominasi jumlah kasus penularan. DKI Jakarta menempati posisi teratas dengan 1,16 juta lebih kasus (21,1% dari total kasus nasional) hingga 27 Februari 2022.
Namun untuk tingkat kematian, provinsi Jawa Tengah mendominasi dengan 30.657 kasus, disusul oleh Jawa Timur dengan 30.065 kasus.
Pemerintah pun mewaspadai peningkatan jumlah kasus terkonfirmasi di luar Pulau Jawa.
Dalam konferensi pers daring 21 Februari, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan jika sebelumnya perbandingan Jawa-Bali 97 persen dengan 3 persen luar Jawa-Bali, kini menjadi 72 dan 28 persen sehingga berpotensi terjadi tren pergeseran penambahan kasus.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.