LONDON, KOMPAS.TV - China menuduh Amerika Serikat (AS) memiliki agenda politik tertentu dengan tindakan mereka yang seperti ingin memulai Perang Dingin baru.
Menurut Duta Besar China untuk Inggris, Liu Xiaoming, pihak AS membuat China menjadi kambing hitam untuk meningkatkan dukungan pemilihan Presiden AS, November nanti.
Presiden AS, Donald Trump mengidentifikasikan China sebagai rival utama barat di berbagai bidang.
Baca Juga: Hacker China Ternyata Berusaha Retas Jaringan Komputer Vatikan
Bahkan Trump menuduh Presiden China, Xi Jinping mengambil keuntungan karena tak mengatakan yang sebenarnya terkait wabah Covid-19.
Xiaoming pun mengungkapkan saat ini AS tengah memulai perang perdagangan dengan AS. Padahal menurutnya tak akan ada pemenang dengan pendekatan seperti itu.
“Bukan China yang menjadi begitu agresif. Belahan lain dari Samudera Pasifik yang ingin memulai perang dingin baru dengan China, jadi kami harus meresponnya,” tutur Xiaoming dikutip dari Reuters.
Xiaoming menegaskan pihaknya tak tertarik untuk melakukan perang dingin maupun perang lainnya.
Baca Juga: Ditekan AS-Australia Terkait Laut China Selatan, Ini Respons China
“Kami semua sudah melihat apa yang terjadi pada AS. Mereka membuat China menjadi kambing hitam dan menyalahkan China atas masalah mereka. Kita semua tahu ini masa-masa pemilihan (presiden AS),” ujarnya.
Memang Xiaoming tak mengungkapkan ini permainan dari pihak Trump atau calon presiden dari demokrat, Joe Biden. Tapi, dia menegaskan sejumlah politikus AS memang melakukannya.
“Mereka ingin melakukan segalanya, termasuk menjadikan China musuh. Mungkin mereka pikir memerlukan musuh, sehingga menginginkan perang dingin, tetapi kami tak tertarik,” kata Xiaoming.
Baca Juga: Kuota Ibadah Haji Diminimalisir, Ekspor Unta Somalia ke Arab Saudi Terancam
“Kami selalu mengatakan kepada Amerika, China bukanlah musuhmu. Kami ada temanmu, rekan Anda,” lanjutnya.
Hubungan AS dan China memang tengah memanas, setelah AS menolak klaim negara Asia Timur itu terhadap Laut China Selatan.
AS juga menuduh China mencuri properti intelektual milik mereka. Keduanya pun saling menutup konsulat negara rival.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.