Kompas TV kolom opini

Turki dan Rusia: Musim Tentara Bayaran

Kompas.tv - 29 Juli 2020, 10:10 WIB
turki-dan-rusia-musim-tentara-bayaran
Ilustrasi: kendaraan militer Tank Merkava milik militer Israel. (Sumber: Dok. Kontingen Garuda XXIII-M/United Nations Interim Forces in Lebanon (UNIFIL))

oleh Trias Kuncahyono

Nasib, kalau boleh dikatakan demikian, Libya bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga. Setelah disapu Revolusi Musim Semi yang menjadi dadakan jatuhnya pemerintahan (serta tewasnya) Moammar Khaddafy, negeri itu kini tersungkur masuk jurang perang saudara. Dan, perang saudara ini telah memikat banyak negara untuk terlibat.

Dua kelompok yang berseteru berebut kekuasaan dan kekayaan alam (minyak dan gas) yakni Pemerintah Kesepakatan Nasional (Government of National Accord/GNA) hasil dari campur tangan NATO dan diakui PBB berpusat di Tripoli di bawah pimpinan PM  Fayez al-Sarraj  dan DPR yang didukung oleh Tentara Nasional Libya (Libyan National Army/LNA) pimpinan Jenderal Khalifa Haftar di Tobruk, Libya Timur yang didukung kelompok loyalis Khadday. Kedua lembaga yang memberintah itu sama-sama mendirikan bank sentral dan mengkonsolidasikan kekuatan untuk mengontrol ladang minyak.

Konflik dua kekuatan itu yang mengundang negara asing. Turki dan juga Italia, masuk mendukung GNA. Sementara Rusia, Mesir, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, dan Yordania mendukung Haftar. Yang lebih menarik adalah baik Turki maupun Rusia tidak menerjunkan tentaranya langsung melainkan menggunakan tentara bayaran. Sementara negara-negara Uni Eropa dan AS, melihat dari luar sambil berusaha mencari solusi damai.

Apa yang mendorong Turki dan Rusia mengalihkan perhatian dan fokusnya dari Suriah ke Libya? Ada banyak alasan. Meskipun, mereka tetap tidak meninggalkan Suriah, juga karena beberapa alasan. Turki, misalnya, berbatasan langsung dengan Suriah dan berurusan dengan kelompok Kurdi yang menguasai wilayah Suriah utara, daerah yang berbatasan dengan Turki. Rusia tetap menginginkan palabuhan Tartus di Suriah, misalnya.

Tentara Bayaran

Istilah tentara bayaran (bahasa Inggris, mercenary) berasal dari kata dalam bahasa Latin, mercennarius (sewa, sewaan, upahan, bayaran, tentara sewaan). Karena itu, Shorter Oxford English Dictionary (2007) edisi ke-6 mendefinisikan mercenary sebagai “..seorang tentara professional yang menjalankan tugas kekuatan asing.”

Sejarah menceritakan bahwa mula pertama tentara bayaran muncul setelah Perang Peloponnesia (431–404 SM),  berakhir antara dua negara-kota terkemuka di zaman Yunani kuno, Athena dan Sparta. Akibat perang, perekonomian kedua negara-kota morat-marit dan kemiskinan merajalela. Salah satu cara untuk menyiasati hidup adalah menjadi tentara bayaran. Sekarang kesulitan ekonomi dan kemiskinan juga yang mendorong seseorang terjun menjadi tentara bayaran. 

Pada Abad Pertengahan hingga awal abad ke-18, marak digunakan tentara bayaran. Perang Seratus Tahun (1337-1453) antara Perancis dan Inggris, juga banyak menggunakan tentara bayaran. Sehingga bisnis tentara bayaran pada waktu itu laku keras. Negara-negara kota Italia kaya-kaya, tetapi mereka tidak mampu membentuk tentara yang kuat, maka mereka pun menyewa condottieri, tentara bayaran, yang sangat biasadi Eropa antara abad ke-14 – 16.

Sejumlah negara, misalnya, Swiss menjadi pemasok utama tentara bayaran. Dan, Perancis pada abad ke-16 dan ke-17, menjadi salah satu penggunanya. Dalam perkembangannya, tentara bayaran menjadi benar-benar multinasional. Raja Prussia Frederick Agung atau Frederick William II, (1712-1786) yang kondang sebagai ahli strategi militer pada waktu berkobar Perang Tujuh Tahun 1756-1763 antara Prussia dan Austria, Perancis,  Rusia, dan Swedia menggunakan tentara bayaran, menggabungkan seluruh pasukan Saxon dalam pasukannya.

Setelah Revolusi Perancis (1789-1799), penggunaan tentara bayaran dilarang di Perancis. Bahkan Napoleon berhasil menerapkan wajib militer yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain (Holger Hestermeyer, 2016).

Tetapi, pasca-revolusi malah muncul sejumlah institusi militer yang begitu terkenal. Pada tahun 1831, Perancis membentuk Legiun Asing Perancis. Tentara Inggris mempekerjakan unit Gurkha, tentara Spanyol pada tahun 1920 membentuk Legiun Asing (Tercio de Extrajeros), dan Uni Emirat Arab menyewa tentara dari Oman, Yaman, Yordania, Pakistan, dan Inggris.

Menurut Holger Hestermeyer (mengutip pendapat A-F Musah and J ‘Kayode Fayemi Mercenaries: An African Security Dilemma, 2000), tentara bayaran muncul lagi selama proses dekolonisasi Afrika pada tahun 1960-an. Mereka disewa oleh kekuatan kolonial, kelompok-kelompok separatis, pemerintah, pemberontak, dan pada waktu itu perusahaan-perusahaan multinasional yang harus berperang menghadapi gerakan pembebasan nasional atau mempertahankan kepentingan asing.

Tentara bayaran terlibat dalam berbagai konflik, misalnya, di Kongo 1960, Yaman 1964, Nigeria 1967, Angola 1975-1976, dan penggulingan Presiden Comoro Ahmed Abdallah pada tahun 1975. Mereka juga digunakan oleh kartel-kartel obat bius.

Setelah Perang Dingin (1947-1991) berakhir, terjadi perubahan lagi dalam lingkungan keamanan. Ini terjadi karena munculnya negara-negara gagal, konflik regional, perang saudara, dan juga kerusuhan yang dilakukan oleh aktor-aktor non-negara. Maka muncullah lagi perusahaan-perusahaan militer/keamanan swasta yang menyediakan layanan keamanan. Mereka menyediakan layanan mulai dari pelatihan hingga perlindungan dan operasi negara.

Perusahaan-perusahaan militer swasta ini beroperasi dan terlibat dalam konflik dan perang antara lain di Angola dan Sierra Leon (1990-an), dan Perang Irak (20003). Di saat perang Irak dan juga Afganistan dikenal perusahaan layanan keamanan AS yakni Blackwater.

Padahal, Konvensi Jenewa 1989  melarang tidak hanya penggunaan tentara bayaran tetapi juga “Rekrutmen, Penggunaan, Pembiayaan, dan Pelatihan Tentara Bayaran.”  Konvensi ini mulai berlaku pada tahun 2001 dan ditandatangani 36 negara. Yang menarik, AS, Rusia, Turki, dan Inggris, belum meratifikasi konvensi itu. Oleh karena itu, tidak aneh kalau Rusia dan Turki kini menggunakan tentara bayaran dalam keterlibatan mereka di Libya.

Turki dan Rusia



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.