Kompas TV internasional kompas dunia

Diretas Hacker Rusia, Perusahaan Navigasi Garmin Dimintai Tebusan Rp145 Miliar

Kompas.tv - 27 Juli 2020, 20:55 WIB
diretas-hacker-rusia-perusahaan-navigasi-garmin-dimintai-tebusan-rp145-miliar
Ilustrasi peretasan oleh hacker. (Sumber: Pixabay)
Penulis : Haryo Jati

KANSAS, KOMPAS.TV - Sistem dari peralatan navigasi buatan perusahaan Amerika Serikat (AS), Garmin diretas oleh grup hacker asal Rusia, Evil Corps sejak Kamis (23/7/2020) lalu.

Akibatnya, jutaan pengguna alat navigasi tersebut tak bisa masuk ke dalam aplikasi dan juga catatan mereka selama lima hari beruntun.

Seperti dikutip Daily Mail, Evil Corps meminta tebusan senilai 10 juta dolar AS atau setara Rp145 miliar.

Baca Juga: Adik Kim Jong-Un Ingin Pemerintah Korea Utara Beri Tunjangan untuk Keluarga dengan Anak Kecil

Melalui Twitter-nya, Garmin mengungkapkan aplikasi Garmin Connect fitness dan FlyGarmin, yang merupakan basis data penerbangan sudah offline sejak Kamis lalu.

Pihak Garmin masih belum memberikan pernyataan lebih lanjut mengenai kondisinya saat ini.

Namun menurut sebuah analis keamanan, kemungkinan penyebabnya adalah ransomwire, sebuah teknik yang biasa dilakukan para hacker untuk mengenkripsi data atau menyedot uang.

Tetapi, jika Garmin memilih membayarnya, hal itu berpotensi melanggar sanksi yang diberikan AS.

Evil Corps sendiri merupakan grup hacker terkenal dari Rusia yang dipimpin oleh pria berusia 33 tahun bernama Maksim Yakubets.

Di Rusia, Yakubets seperti tak tersentuh hukum. Dia sering mengemudikan Lamborghini modifikasinya dengan mengejek polisi.

Disinyalir, Yakubets memiliki hubungan dengan Badan Intelejen Rusia (FSB).

Baca Juga: Bendera Diturunkan, Konsulat AS di Chengdu Resmi Diambil Alih China

AS telah memburu Yakubets sejak Desember 2019. FBI telah menetapkan hadiah sebesar 5 juta dolar AS (Rp72 miliar) bagi siapa yang bisa menangkap Yakubets.

Jumlah tersebut merupakan hadiah terbesar untuk seorang kriminal yang terkait dengan kejahatan siber.

Hal itu dikarenakan dengan kejahatannya yang merusak sistem bank di AS dan memberikan kerugian senilai lebih dari 100 juta dolar AS (Rp1,4 triliun).



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x