Kompas TV kolom catatan jurnalis

Gibran, seperti Emil Dardak atau Zumi Zola?

Kompas.tv - 19 Juli 2020, 06:00 WIB
gibran-seperti-emil-dardak-atau-zumi-zola
Gibran Rakabuming saat berpidato di hadapan para relawannya di halaman kantor DPD PDIP Jawa Tengah, Kamis, 12 Desember 2019 (Sumber: kompas.tv)
Penulis : Zaki Amrullah

Oleh: Martian Damanik, Jurnalis Kompas TV 

“Merdeka…,” kata Gibran Rakabuming Raka dengan lantang mengakhiri sambutannya usai mendapat surat rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan untuk menjadi calon wali kota Solo, Jawa Tengah.

Penampilan putra sulung Presiden Joko Widodo kemarin tampak berbeda. Kalau biasanya menjawab pertanyaan wartawan dengan suara pelan, sepatah dua patah kata, kini lebih bersuara dengan bahasa tubuh yang lebih ramah. Mungkin inilah hasil blusukan menemui warga kota Solo atau mungkin Gibran sudah belajar komunikasi politik dengan senior-seniornya di PDI Perjuangan.

Keputusan memilih Gibran menjadi calon wali kota Solo, sudah diprediksi sejak Gibran resmi menjadi kader dan mendaftar lewat DPP PDI Perjuangan. Secara langsung atau tidak, Presiden Joko Widodo juga berperan dalam memuluskan Gibran. Meski awalnya DPC PDI Perjuangan Solo merekomendasikan Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo, tapi sinyal untuk memberi tiket kepada Gibran sudah terlihat saat peresmian stadion Manahan Solo, Februari lalu.

Presiden Jokowi yang terbang ke Solo untuk meresmikan stadion itu, disambut langsung oleh Wali Kota yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Solo FX Hadi Rudyatmo (Rudy). Bandara Adi Soemarmo berada di Boyolali, jadi yang biasanya menyambut presiden adalah Bupati Boyolali, tapi ketika itu Rudy---panggilan FX Hadi Rudyatmo--ikut menyambut dan bahkan satu mobil bersama presiden saat meninggalkan bandara.  Dalam stadion yang dihadiri ribuan Pasoepati (nama suporter Persis Solo), Jokowi bersama Rudy dan Gibran kompak memakai baju warna merah, sedangkan Achmad Purnomo tampil dengan kemeja batik.

Keputusan memilih Gibran, tentu saja mendapat kritik. Apalagi kalau bukan dinasti politik. Bukan cuma Gibran, menantu Jokowi, Bobby Nasution, kini juga sedang mengikuti proses politik di sejumlah partai agar dapat menjadi calon wali kota Medan, Sumatera Utara. Sama seperti Gibran,  Bobby pun berpeluang mendapatkan rekomendasi. Soal tuduhan membangun dinasti politik, sudah dibantah Jokowi. Kata Jokowi, dia tidak ikut campur dalam proses politik Gibran dan Bobby dan sekarang semuanya tergantung kepada rakyat yang akan memilih secara langsung.

Selain soal dinasti politik, Koordinator Komite Pemilih Indonesia Jerry Sumampouw mempertanyakan kemampuan Gibran. Gibran yang selama ini berprofesi sebagai pengusaha makanan dinilai belum punya kapasitas mengurus sebuah daerah. Dalam dialog program Kompas Petang, Jerry mengatakan mengurus kota Solo tidak sama dengan mengurus perusahaan.

Kritik soal dinasti politik terhadap pencalonan Gibran adalah wajar. Baru-baru ini kita mendapat suguhan yang tidak enak dari Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Bupati dan Ketua DPRD Kutai Timur sama-sama ditangkap KPK. Mirisnya, ketua DPRD dan bupati itu tak lain adalah pasangan suami istri. Masih banyak contoh lain dari efek negatif dinasti politik, yang jadi sorotan dan kekhawatiran publik.

Tapi di sisi lain, menjadi hak politik untuk dipilih dan memilih---menjadi kepala daerah atau anggota perlemen dalam sebuah negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia dijamin oleh konstitusi. Bukan cuma Gibran, pemilihan kepala serentak tahun ini kemungkinan diikuti sejumlah nama yang punya hubungan dengan pejabat di negara ini.  Sebut saja Hanindhito Pramono calon Bupati Kediri, Jawa Timur, yang tak lain putra Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Calon Wakil Bupati Mojokerto, Jawa Timur, Titik Masudah, adik dari Menakertrans Ida Fauziyah. Keponakan Menhan Prabowo Subianto,  Rahayu Saraswati, dan anak Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Siti Nur Azizah, kemungkinan mengikuti pemilihan Wali Kota Tangerang Selatan, Banten. Selama tidak ada aturan yang melarang, anak pejabat mana pun boleh mencalonkan diri menjadi kepala daerah.

Kembali ke Gibran.  Pencalonannya menjadi Wali Kota Solo sudah jelas membuka langkah politik ke depan. Peluang untuk memenangkan pilkada Solo sangat besar. Bukan tidak mungkin, Gibran juga akan maju mengikuti pemilihan Gubernur Jawa Tengah. Ini mirip dengan karir politik Emil Dardak, putra Wakil Menteri Pekerjaan Umum (2010-2014) Hermanto Dardak yang berawal dari memenangkan pilkada Kabupaten Trenggalek.  Dinilai berhasil di Trenggalek, Emil dicalonkan menjadi wakil gubernur Jawa Timur dan berhasil terpilih.

Bisa pula seperti Zumi Zola, putra Gubernur Jambi periode 1999-2004 dan 2005-2010 Zulkifli Nurdin  yang mengawali karir politik sejak terpilih jadi Bupati Tanjung Jabung Timur, Jambi. Zumi bahkan terpilih menjadi Gubernur Jambi tahun 2016. Sayangnya, Zumi terjerat kasus korupsi APBD yang membuatnya kini mendekam dalam penjara.

Pilihan ada di tangan warga Solo, dan Gibran harus membuktikan, membangun dinasti politik atau mengabdi bagi warganya.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.