KOMPAS.TV - Di tengah pandemi covid-19 yang belum mereda, sejumlah daerah masih menghentikan sementara belajar dengan metode tatap muka dan menggantinya dengan metode online.
Berbagai cara dilakukan agar siswa betah mengikuti sekolah online.
Metode pembelajaran jarak jauh ini sudah dilakukan sejak sekitar bulan maret lalu. Kebijakan sekolah jarak jauh diambil, guna menekan penyebaran virus corona.
Kebijakan ini bukan tanpa masalah.
Sejumlah orangtua murid yang tidak memiliki pekerjaan tetap di kampung nelayan Muara Angke merasa terbebani karena biaya kuota internet yang dinilai tinggi.
Salah satunya Erik, orangtua murid yang penghasilannya tak menentu.Tahun ini ketiga anaknya, harus bersekolah secara online.
Selain soal biaya kuota internet yang dinilai membebani orangtua, minimnya infrastruktur listrik dan jaringan internet, juga menjadi kendala utama belajar online di pelosok.
Menurut data dari Litbang Kompas, ada sejumlah provinsi dengan jaringan internet mendesak untuk dibenahi.
Ada 10 provinsi dengan sejumlah desa yang tidak memiliki sinyal internet. Pemeringkatan dilakukan dengan membaginya dengan keseluruhan jumlah desa di provinsi terkait.
Papua menduduki peringkat atas, dengan 81,3%, kemudian Papua Barat, Maluku, Kalimantan Utara, Maluku Utara.
Sementara itu, jumlah desa di indonesia, menurut kekuatan sinyal internet, dibagi dalam empat zona. Mayoritas sebanyak 40,3%, berjaringan 3G.
3,8% berjaringan 4G, LTE. 11,6% lainnya hanya memiliki jaringan 2G dan bahkan 16,3% tak memiliki sinyal internet, maupun sinyal telepon seluler.
Menanggapi kritik, terkait permasalahan seputar tidak optimalnya pembelajaran jarak jauh, Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, mengakui tak punya opsi lain. Bagi siswa yang tak memiliki akses internet, Kemendikbud menyediakan program belajar dari rumah, yang bekerja sama dengan TVRI.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.