Oleh: Martian Damanik, Jurnalis Kompas Tv
Baru-baru ini rumor tentang reshuffle kabinet mengemuka. Menariknya, ini dipicu pernyataan Presiden Joko Widodo sendiri yang kesal dengan kinerja menterinya dalam menangani pandemi virus Corona.
Biasanya rumor tentang pergantian menteri “berhembus” di media-media mainstream atau media sosial, baik menggunakan sumber anonim atau berdasarkan analisa pengamat politik. Mengapa rumor pergantian menteri jadi perhatian media dan publik? Ahli psikologi sosial Gordon Allport menyebut, rumor tumbuh subur disebabkan oleh tiga faktor.
Pertama, ada permasalahan serius, inilah yang membedakan rumor dengan gosip yang hanya fokus kepada kehidupan pribadi orang terkena.
Kedua, ambiguitas atau ketidakjelasan.
Ketiga, situasi itu menciptakan kondisi cemas (anxiety). Dalam konteks pernyataan Presiden Joko Widodo soal pergantian menteri, tampaknya pemerintah berusaha meredam faktor ambiguitas dan kecemasan, dengan memunculkan Menteri Sekretaris Negara Pratikno yang menyatakan sudah ada perbaikan kinerja menteri.
Profesor Komunikasi Politik dari American University of Paris Jayson Harsin melihat rumor sebagai strategi retorika tertentu dalam konteks media dan politik dalam masyarakat.
Penulis : Zaki Amrullah