JAKARTA, KOMPAS.TV - Belakangan, pemerintah mengakui bahwa ada yang salah dengan penggunaan diksi "New Normal" yang dipersepsi publik tidak sesuai dengan yang diinginkan pemerintah.
"Diksi new normal, dari awal diksi itu segera ubah. New normal itu diksi yang salah dan kita ganti dengan adaptasi kebiasaan baru," kata Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, Jumat (10/7/2020) seperti dikutip dari Kompas.com.
Yurianto juga mengakui dari istilah new normal, pemahaman masyarakat jadi salah kaprah.
Alih-alih berfokus pada kata "new" yang merujuk pada tata cara hidup baru, warga justru lebih fokus pada kata normal, sehingga berperilaku seolah hidup sudah kembali seperti semula, tanpa berpikir panjang soal risiko pandemi.
"Dan kemudian yang dikedepankan bukan new-nya, tapi normal-nya. Padahal ini sudah kita perbaiki dengan adaptasi kebiasaan baru," kata Yurianto.
Mengutip segmen Catatan KompasTV Kompas Petang (12/7/2020), komunikasi semacam inilah yang harus segera dievaluasi dan diperbaiki pemerintah.
Baca Juga: Publik Salah Persepsi, Diksi "New Normal" Tidak Sesuai Keinginan Pemerintah
Sulit meminta masyarakat disiplin protokol kesehatan, kalau cara berkomunikasi tidak tepat.
Sulit pula meminta masyarakat paham tingginya risiko Covid-19, ketika komunikasi krisis yang dijalankan kurang mencerminkan pemahaman risiko yang besar dari pemerintah.
Jajaran pemerintah juga mesti jadi suri teladan bagi masyarakat. kalau bisa meminta masyarakat untuk selalu tertib mengenakan masker dengan baik dan menjaga jarak ketika ada di ruang publik, jajaran pemerintah juga wajib memberi contoh.
Penggunaan Istilah New Normal
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.