JAKARTA, KOMPASTV - Dampak wabah virus corona membuat defisit anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN) meningkat drastis. Peningkatan defisit anggaran ini bakal menjadi beban pemerintah Indonesia 10 tahun ke depan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan dalam rangka memulihkan perekonomian nasional akibat wabah Covid-19, pemerintah telah mengeluarkan anggaran yang sangat besar.
Terbaru, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp695,20 triliun untuk penanganan pandemi. Pembiayaan ini mengakibatkan defisit anggaran semakin melebar hingga Rp1.039,2 triliun atau 6,34% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Baca Juga: APBN 2020 Defisit, Berikut Penjelasan Sri Mulyani.
Untuk menutup defisit APBN, pemerintah mengambil jalan dengan menarik pembiayaan atau utang lewat bebagai cara. Salah satunya dengan melelang Surat Utang Negara (SUN).
Sejak awal tahun hingga akhir Mei 2020 pemerintah telah menarik utang baru sebesar Rp360,7 triliun. Tahun ini, pemerintah menargetkan pembiayaan utang untuk menutup defisit anggaran sebesar Rp1.006,4 triliun.
"Dengan adanya Covid-19 kita mengalami defisit yang meningkat secara dramatis, dan ini akan menjadi beban 10 tahun ke depan," ujar Sri Mulyani ketika melakukan rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Kamis (18/6/2020).
Sri Mulyani menambahkan kondisi ini dapat berubah jika pembiayaan yang dilakukan pemerintah tahun ini berjalan baik.
Baca Juga: TAPERA Untuk Tambal Defisit Negara? - SATU MEJA THE FORUM
Untuk mengantisipasi peningkatan defisit tersebut, pemerintah dan BI melakukan pembagian beban atau burden sharing.
Dengan langkah ini pemerintah bisa mengelola dampak negatif Covid-19 tanpa meningkatkan beban fiskal.
"Pembagian beban kami dengan BI akan menjadi kunci bagaimana bisa mengelola dampak (Covid-19) tanpa meningkatkan beban fiskal yang akan mengurangi kemampuan kita dalam mendukung berbagai program pembangunan dan mengatasi masalah fundamental," ujar Sri Mulyani.
Untuk tahun 2021, Sri Mulyani mengatakan defisit anggaran akan berada di kisaran 3,21 persen hingga 4,17 persen terhadap PDB. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan proyeksi tahun ini namun masih di atas level normal yang berada di kisaran 3 persen.
Baca Juga: Apa Kabar APBN Kita? Ini Penjelasan Sri Mulyani
"Dengan tingkat defisit tersebut maka primary balance masih di negatif antara 1,2 persen hingga 2 persen dari PDB, sangat besar," ujar Sri.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.