KOMPASTV - Dokter Reisa Broto Asmoro yang dikenal lewat acara DR Oz Indonesia akhirnya didapuk menjadi pendamping Achmad Yurianto menjadi dalam setiap penyampaian informasi update kasus corona atau covid-19 di tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Pusat.
Achmad Yurianto membenarkan adanya kehadiran Dokter Reisa Broto Asmoro dalam timnya,
"Tadi sudah saya kenalkan sebagai Anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Pusat," seru Achmad Yurianto, Juru bicara pemerintah untuk penanganan kasus virus Corona atau Covid-19 di Indonesia kepada KompasTV, Senin (8/6/2020).
Penunjukan dokter Reisa tentu menjadi sorotan banyak pihak. Pakar komunikasi politik Effendi Gazali ikut memberikan pandangannya.
Menurutnya adanya dokter Reisa ini menunjukan sebuah kemajuan dalam komunikasi penanganan Covid-19 di Indonesia.
Lantas benarkah ditunjuknya dokter Reisa biar masyarakat tidak lagi panik soal corona?
"Kalau substansi pesannya transparan dan memang bermanfaat untuk memperlihatkan kemajuan Indonesia dalam penanganan Covid, tentu ditambah wajah akrab dokter Reisa, tentu ini akan lebih baik," buka Effendi saat dihubungi KompasTV, Senin (8/6/2020).
Effendi menjelaskan, penunjukan ini adanya kesetaraan gender.
"Kan ada juga unsur variasi serta kesetaraan jender. Keren pokoknya. Asal betul data dibuka apa adanya, serta jumlah test per juta penduduk dipercepat. Kita suka bilang kondisi USA parah. Per hari ini ada 2 juta lebih kasus Covid-19. Ada 817 kasus baru. Dan korban meninggal sudah 112.477 orang. Tapi jumlah orang yang sudah di-test secara akurat sebantak 21.298.974 orang. Atau yang sudah ditest 64.371 orang per satu juta warga Amerika. Nah, kalau kita per hari ini, jumlah yang di-test dengan metode akurat, per satu juta warga, adalah 1511 orang. Coba bandingkan dengan 64.371, berapa perbandingannya itu?" seru Effendi Gazali.
"Nah harapan baru untuk Dokter Reisa, semoga dia bisa memberi kesempatan tanya-jawab, sebagai sesuatu yang baru. Kan wartawan bisa mewakili publik. Misalnya ya terhadap angka test yang masih rendah itu. Apakah itu bagian dari strategi agar publik tidak panik? Atau memang APBN tidak cukup? Lalu rencana ke depannya bagaimana?" pungkas Effendi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.