KOMPASTV - Saat ini banyak masyarakat yang ingin tahu apakah dirinya tertular virus corona Covid-19 atau tidak.
Nah untuk mendeteksi cepat, biasanya melakukan pemeriksaan rapid test untuk mendeteksi dini Covid-19. Tapi sebelum kita melakukan pemeriksaan ini, alangkah baiknya kita mengetahui cara kerja dan interpretasi hasilnya.
Baca Juga: Wilayah Pademangan jadi Zona Merah, Masih Banyak Warga Tolak Ikut Rapid Test
Dokter spesialis Paru, dr. Erlang Samoedro, Sp.P. menjelaskan apa itu Reaktif dan Non-Reaktif?
"Untuk mendeteksi dini dugaan adanya virus corona dalam tubuh manusia, digunakan alat kesehatan bernama Rapid Test. Alat ini bekerja untuk memeriksa antibodi, kalau hasilnya Reaktif, artinya antibodi sudah ada dalam tubuh, sehingga orang tersebut dianggap sudah pernah kemasukan virus corona. Tapi kalo hasilnya non-reaktif, bisa dua kemungkinan, pertama yang bersangkutan memang belum pernah terinfeksi virus Corona, atau sudah terinfeksi namun antibodinya belum terbentuk, karena antibodi terbentuk sekitar 8 hari setelah kemasukan virus," ujar dr Erlang saat dihubungi KompasTV, Kamis (21/5/2020).
Dr Erlang menunjukkan, bahwa yang diperiksa Rapid Test itu antibodi, sedangkan swab yang diperiksa itu virusnya bukan antibodinya
Menurut dr Erlang, sebaiknya penggunaan Rapid Test dilakukan dua kali dengan selisih waktu 7 hari, sehingga bisa diketahui dengan jelas, karena bisa jadi saat pemeriksaan pertama antibodi belum terbentuk, sehingga hasilnya non-reaktif
Menurut dr Erlang, antibodi reaktif swab negatif, bisa terjadi karena antibodinya reaktif atau cross reaktif dengan berbagai penyakit lain.
"inilah kelemahan dari pemeriksaan antibodi, bisa cross reaksi dengan penyakit lain walaupun sudah di challange dengan antigen yang spesifik. Makanya memang harus di konfirmasi dengan pemeriksaan swab hidung dan tenggorokan" tegasnya.
Baca Juga: Dokter Paru: Sangat Sulit Terjadi Penularan Virus Corona Lewat Kentut
Begitu juga jika ada hasil reaktif, karena ada kemungkinan yang bersangkutan sudah sembuh dari virus, namun antibodi tetap ada dalam tubuh. Karena antibodi itu berada dalam tubuh bisa bertahan satu setengah bulan, walaupun virusnya sudah hilang
Jadi dalam menghadapi kasus ditengah pandemi ini, tim medis tidak mau ambil risiko, dan harus beranggapan reaktif, atau positif sambil menunggu hasil swab
"Jadi sistim pertahanan tubuh itu bisa mengenali antigen (virus) nah pertahanan tubuh itu ada di plasma darah ketika plasma darah di challange dengan antigen virus dia akan bereaksi inilah yang disebut reaktif," lanjut dr Erlang.
Dokter Erlang juga menyebut untuk tidak senang dulu jika Anda yang sudah di rapid tes dan menunjukan hasil negatif, karena menurutnya harus ada pengulangan setelah minimal 6-7 hari, atau kalau mau lebih pasti negatif corona harus lakukan tes swab.
"Antibodi baru terbentuk setelah hari ke 6-7 pasca infeksi. Jadi Inkubasi virus itu 2-14 hari jadi ketika virus masuk, sampai menimbulkan gejala itu yang disebut masa inkubasi virus masuk, nah itu taunya dari riwayat paparan," pungkas dr Erlang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.