JAKARTA, KOMPAS.TV - Bayak yang bertanya, kapan puncak virus Covid-19 datang dan berakhir.
Fasilitas kesehatan mulai berdatangan, tetapi mayoritas impor.
Siapkah Indonesia, dengan ledakan jumlah pasien Covid-19, jika di pengadaan alat kesehatan, tercium aroma pemburu rente.
Kementerian kesehatan mencium ada pemburu rente di tengah krisis pandemi Covid-19 alias corona.
Masih dari sumber yang sama, praktik mafia sebenarnya bukan cerita baru di Indonesia.
Kegiatan impor ditenggarai menjadi arena bermain.
Gurihnya keuntungan ,membuat mereka berupaya, agar keran impor terus dibuka sebesar-besarnya.
Di tahun lalu, mengutip data asosiasi produsen alat kesehatan Indonesia atau aspaki, nilai pasar alat kesehatan mencapai 13,5 triliun rupiah.
Nilai ini mayoritas didominasi asing dengan porsi 92 persen, dan sisanya lokal hanya 8 persen.
Besarnya "Value" asing inilah, yang ditengarai ada permainan, di bisnis alat kesehatan.
Meski, pelakunya masih buram.
Memakai data aspaki di sepanjang tahun 2018, nilai impor alat kesehatan, mencapai 2,03 miliar dollar amerika.
Kementerian BUMN meminta, porsi impor ini ditekan, agar produk lokal bisa lebih maksimal.
Tetapi mampukah? Atau ada persoalan lain, seperti penerimaan pasar pada produk anak negeri?
Tenaga kesehatan, yang jadi garda terdepan dengan risiko paling tinggi, acap menangis, karena minimnya alat perlindungan diri, dan kurangnya fasilitas kesehatan lain.
Jadi masalah sesungguhnya, bukan kapan puncak virus Covid-19 datang.
Tetapi siapkah Indonesia, dengan ledakan jumlah pasien Covid-19.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.