AS, KOMPAS.TV - Amerika Serikat tengah menghadapi gelombang unjuk rasa dari ribuan warganya di beberapa negara bagian, yang menolak perintah "Stay at Home". Padahal, AS saat ini tengah menjadi pusat penyebaran wabah terbesar dunia.
Otoritas kesehatan mencatatkan lebih dari 792.000 kasus penularan virus corona, dengan hampir 42.514 di antaranya meninggal, hingga Senin (20/4/2020).
Gubernur di setiap negara bagian Amerika Serikat mempunyai kewenangan untuk memberlakukan karantina wilayah (lockdown) untuk mencegah penyebaran.
Ini adalah konsekuensi dari sistem federal yang dianut Amerika Serikat, dimana gubernur negara bagian yang berhak menentukan keputusan di wilayah masing-masing.
Tapi mereka kini menghadapi protes dari rakyatnya sendiri, karena penutupan tempat-tempat usaha mulai berdampak terhadap perekonomian warga.
Para pengunjuk rasa mendesak pemerintah negara bagian untuk mencabut aturan karantina agar bisnis dapat beroperasi kembali. Sepanjang akhir pekan kemarin, unjuk rasa dilaporkan terjadi di Texas, Indiana dan Wisconsin, setelah sebelumnya terjadi juga di Ohio, Texas, North Carolina, Kentucky, Virginia, Michigan, Minnesota dan Idaho.
Presiden Donald Trump tampaknya mendukung unjuk rasa, terlihat dengan unggahannya di Twitter yang mendesak pengunjuk rasa membebaskan Michigan, Minnesota, dan Virginia, yang semuanya diperintah gubernur dari Partai Demokrat.
Di negara bagian yang dikuasai Partai Demokrat yang padat penduduk, seperti Detroit dan Seattle, dampak pandemik virus corona sangat terasa.
Baca Juga: Kasus Kematian Corona Melonjak di AS, Trump Salahkan WHO
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.