JAKARTA, KOMPAS.TV - Jumlah kasus positif Covid-19 serta kematian tertinggi berada di Amerika Serikat (AS) yakni lebih dari 20.000 orang.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance, Indef di New York, Amerika Serikat, Eisha Maghfiruha menyebut jika tim penanganan Covid-19 setempat memprediksi angka kematian akibat Covid-19 ini mencapai 100.000 – 200.000 jiwa, namun di akhir pekan, angka kematian kurang dari apa yang telah diprediksikan.
Untuk itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memiliki wacana untuk membuka kembali perekonomian Amerika Serikat setidaknya pada bulan Mei 2020.
Namun hal ini belum dapat dipastikan oleh pemerintah setempat, lantaran masih belum ada kepastian penurunan angka korban Covid-19 ini.
Selain itu, Donald Trump juga telah menggelontorkan dana sebagai stimulus sebesar 2 Triliun USD, sekaligus merupakan stimulus terbesar di sepanjang sejarah.
19 persen dari stimulus yakni 367 Miliar USD untuk usaha menengah dan kecil yang memiliki kurang dari 500 pekerja, yang diberikan masing-masing maksimal 10 juta USD.
"Dana bantuan ini untuk membayarkan gaji pegawai juga membayarkan sewa, operasional yang sempat terputus, yang mereka harus tutup ketika pemberlakukan New York Pause ini," ucap Eisha Maghfiruha.
Untuk mengetahui apa yang bisa dipelajari dari penanganan Covid-19 di Amerika Serikat, simak pembahasan lebih lengkap bersama Peneliti Institute for Development of Economics and Finance, Indef di New York, Amerika Serikat, Eisha Maghfiruha.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.