PAMEKASAN, KOMPAS TV - Seorang pasien anak-anak di RSUD Dr. Slamet Martodirjo Pamekasan, Jawa Timur meninggal dunia setelah menjalani isolasi pada Jumat (20/3/2020) pada pukul 12.30 WIB.
Sebelum menjalani isolasi sampai akhirnya meninggal, anak berusia 11 tahun itu baru saja tiba dari Kabupaten Malang, daerah yang oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai zoan merah penyebaran virus corona atau Covid-19.
Direktur RSUD Dr. Slamet Martodirjo Pamekasan, Farid Anwar, menuturkan pasien tersebut menjalani perawatan selama dua hari di Pamekasan. Pertama kali masuk rumah sakit pada Kamis (19/3/2020) pukul 20.38 WIB, pasien tersebut langsung dirawat di zal anak.
"Riwayat pasien tersebut mual, muntah-muntah, lemah dan demam," kata Farid Anwar di Pamekasan, Jawa Timur.
Baca Juga: Jangan Ditiru! Pasien PDP Corona Jadi Tontonan Warga Saat Hendak Diisolasi
Farid menambahkan, pasien tersebut baru datang dari Kabupaten Malang. Dia tiba di Pamekasan pada Selasa (17/3/2020).
Saat tiba di Pamekasan, pasien dirawat di rumah dan diobati sendiri oleh keluarganya karena hanya demam, batuk dan pilek. Namun setelah diperiksa pasien ternyata juga mengalami sulit menelan.
Selanjutnya, pihak rumah sakit melakukan foto rontgen kepada pasien.Tak beberapa lama, sang pasien mengalami sesak nafas.
"Karena kondisinya terus melemah, oleh keluarganya dibawa ke rumah sakit. Baru 15 menit di zal anak, kemudian langsung diisolasi karena kondisinya semakin drop," ujar Farid.
Farid menambahkan, karena pasien asalnya sakit dari luar Pamekasan, maka pemeriksaannya dilakukan seperti penanganan pasien suspect corona.
Terlebih sejak diisolasi, pihak rumah sakit menetapkan pasien tersebut sebagai pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19.
Baca Juga: Pulang dari Jakarta, Bayi PDP Corona Alami Gangguan Pernapasan
Langkah tersebut diambil karena pasien tersebut sebelumnya tinggal di Kabupaten Malang bersama neneknya yang sudah ditemukan adanya pasien terjangkit Covid-19.
Namun demikian, kata Farid, untuk menentukan pasien tersebut positif Covid-19 atau tidak, pihaknya telah mengirimkan sampel darah anak tersebut untuk diperiksa di laboratorium Litbangkes di Surabaya. Butuh lima hari untuk mengetahui hasilnya.
“Jadi kami tegaskan sekali lagi, yang bersangkutan ini meninggal dunia masih belum bisa diketahui secara pasti, apa penyebabnya,” ujar Farid.
“Karena kami masih melakukan pemeriksaan swap pada pasien bersangkutan, dan membutuhkan waktu lima hari. Sekarang kami masih membuat laporan.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.