PALEMBANG, KOMPAS.TV - Seperti namanya, Rumah Limas, memiliki bentuk limasan perpaduan budaya Jawa dan Melayu.
Rumah yang terbuat dari kayu ulen ini, didirikan dengan banyak tiang penyangga di bawahnya.
Masing-masing bagian rumah mempunyai filosofi atau makna tersendiri.
Dimulai dari atap berbentuk Limas serta terdapat ornamen menyerupai tanduk kambing yang disebut simbar.
Lima Simbar melambangkan rukun islam dan enam simbar bermakna Rukun Iman.
Ada lima tingkatan di rumah ini, tingkat pertama disebut pagar tenggalung yang difungsikan sebagai tempat menerima tamu adat.
Tingkat dua disebut jogan, digunakan untuk berkumpul khusus laki-laki, naik lagi ke tingkat ketiga dan keempat yang diberi nama kekijing, sebagai tempat menerima tamu undangan saat hajatan.
Sedangkan tingkatan kelima sekaligus terluas, disebut gegajah yang berisi ruang pangkeng, amben tetuo dan danamben.
Ornamen di Rumah Limas tak kalah menarik, seperti ukiran kayu berwarna emas ini yang berbentuk bunga tanjung disimbolkan sebagai ucapan selamat datang, bunga pakis artinya mengayomi, dan bunga melati simbol kesucian.
Makna setiap bagian rumah limas tak ubahnya simbol dari kebiasaan dan adat yang sudah semestinya diterapkan di masyarakat.
Saat ini, warga Palembang tak menggunakan rumah yang pernah terdapat di uang Rp 10 ribu ini, sebagai hunian.
Rumah khas yang masih berdiri adalah peninggalan Pangeran Syarif Abdurrahman Al-Habsi tahun 1830, berada di Museum Balaputera Dewa, Palembang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.