JAKARTA, KOMPAS.TV - Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh PT Pertamina (Persero) dipandang hanya berlangsung sementara. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah.
Dilansir dari Kompas.com, menurut Piter, dampak perang antara AS dan Iran akan mengganggu pasokan minyak dunia, bukan karena implementasi B30.
"Kalau ketegangan AS dan Iran mengganggu supply minyak dunia harga pasti naik, kemungkinan besar apa yang sudah diturunkan oleh Pertamina bisa naik kembali," kata Piter, Senin (6/1/2020).
Masih dilansir dari Kompas.com, ketegangan geopolitik antara AS dan Iran berdampak pada kenaikan harga minyak dunia. Namun harga BBM di Indonesia justru malah turun sejak Minggu (5/1/2020). Di sisi lain, Menteri BUMN Erick Thohir menyebut penurunan harga bahan bakar minyak ini akibat implementasi B30 yang sudah cukup baik di Indonesia.
Namun demikian, terkait pernyaatan Erick tersebut, Piter tak yakin B30 mampu menekan harga BBM saat ini.
Sementara itu, secara terpisah, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai, Pertamina menurunkan harga bahan bakarnya karena ada asumsi tidak ada perang dan hanya fluktuasi sesaat.
"Pemerintah berasumsi enggak ada perang dan fluktuasi sesaat saja. Jadi mereka berani turunkan harga BBM. Memang pemerintah berusaha mendorong agar pertumbuhan ekonomi kita yang melambat bisa jalan," ujar Hans.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) umum untuk jenis bensin dan solar terhitung 5 Januari 2020 pukul 00.00 waktu setempat. Penurunan harga ini berlaku untuk jenis BBM Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex dan Dextile.
Sebelumnya, sehari pasca Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dilantik sebagai Komisaris Utama Pertamina, harga bahan bakar minyak (BBM) langsung turun. Kemudian, terhitung tanggal 5 Januari 2020, harga BBM juga kembali turun.
#HargaBBM #bbm #Ahok
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.