GAZA, KOMPAS.TV - Gencatan senjata akhirnya terjadi antara kelompok Jihad Islam Palestina dengan Israel.
Pada lima hari terakhir, kedua pihak terlibat kekerasan yang menimbulkan setidaknya 35 korban tewas.
Hampir semua korban tewas tersebut adalah warga Palestina.
Gencatan senjata dilakukan pada Sabtu (13/5/2023), dan efektif berlaku mulai pukul 10 malam.
Baca Juga: Pemimpin Jihad Islam di Gaza: Gencatan Senjata Dicapai dengan Israel, Tapi Pertempuran Masih Lanjut
Mesir disebut berperan besar dalam gencatan senjata ini, karena ikut serta dalam negosiasi tersebut.
Sekretaris Jenderal Jihad Islam Palestina, Ziyad Al-Nakhaleh pun melontarkan ucapan terima kasih kepada pihak yang mendukung kelompoknya.
“Saya berterima kasih kepada semua pemerintahan, termasuk kepemimpinan Republik Islam Iran, Hizbullah, dan saudara kami di Mesir dan Qatar, yang berdiri di belakang kami,” ujarnya dikutip dari Mehr News.
Ziyad juga berterima kasih kepada semua media yang meliput berita mengenai perang dan agresi zionis.
Menyambut perlawanan rakyat Palestina, Al-Nakhaleh mengatakan semua kota musuh diserang rudal selama perang.
“Rakyat kami akan mengibarkan bendera kemerdekaan di Al-Quds dan berjuang untuk kebebasan,” tambahnya.
Terkait gencatan senjata, Juru Bicara Jihad Islam Paletsina, Dawoud Shehab mengonfirmasikannya.
Baca Juga: Erdogan Serang AS Jelang Pilpres Turki, Tuduh Oposisi Bersekutu dengan Biden Untuk Melengserkannya
“Kami mengumumkan penerimaan kami atas pengumuman Mesir, dan kami akan menurutinya sepanjang pihak penjajah juga menurutinya,” kata Shebab.
Berdasarkan laporan media Palestina, enam anak dan tiga perempuan berada di antara korban tewas dari agresi terakhir Israel di Gaza.
Serangan itu juga membuat 150 orang terluka, dan kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Total ada 51 rumah Palestina hancur dan tak bisa ditempati lagi, sedangkan sekitar 1.000 rumah rusak sebagian.
Sumber : Mehr News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.