LABUAN BAJO, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo (Jokowi) blak-blakan pada hari terakhir KTT ASEAN terkait perdamaian di Myanmar.
Jokowi menegaskan, tak ada perkembangan signifikan pada implementasi rencana perdamaian untuk mengakhiri pertumpahan darah di Myanmar.
Meningkatnya kekerasan junta militer Myanmar mendominasi pertemuan tiga hari KTT ASEAN di Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca Juga: Junta Militer Myanmar Rayu Penentangnya, Janjikan Hadiah Uang dan Ampunan jika Serahkan Senjata
ASEAN telah mempelopori upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis, meski belum memberlakukan rencana lima poin yang disepakati dengan Myanmar, dua tahun lalu.
Sejak menggulingkan pemerintahan terpilih Myanmar pada Februari 2021, junta militer melakukan penumpasan berdarah terhadap perbedaan pendapat.
Mereka bahkan menewaskan ribuan rakyat Myanmar dan memerangi perlawanan bersenjata terhadap pemerintahannya.
Dikutip dari RFI, Presiden Jokowi mengakui ASEAN tak membuat perkembangan siginifikan untuk menjalankan rencana perdamaian.
“Kami perlu untuk mempersatuan ASEAN untuk memetakan jalan kita ke depan,” tutur Jokowi, Kamis (11/5/2023).
Perpecahan di antara anggota ASEAN di KTT diyakini telah menghambat upaya tersebut.
Sebuah laporan internal tentang diskusi para menteri luar negeri mengatakan, beberapa negara ingin mengundang kembali junta militer ke pertemuan ASEAN, karna waktu isolasi telah memenuhi tujuannya.
Baca Juga: Hari Terakhir KTT ASEAN, Jokowi Sambut Baik Volume Perdagangan IMTGT yang Capai 618 Miliar Dolar AS
Laporan itu juga mengungkapkan pengamatan bahwa ASEAN sedang mengalami “kelelahan Myanmar”.
Hal itu disebut mungkin mengganggu ASEAN dari tujuan yang lebih besar dalam membangun komunitas kawasan.
Myanmar sendiri masuk menjadi anggota ASEAN, tetapi dilarang menghadapi pertemuan karena kegagalan junta militer Myanmar menjalankan rencana perdamaian.
Sumber : RFI
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.