NAIROBI, KOMPAS.TV - Sebagian jasad korban sekte yang memerintahkan pengikutnya mati kelaparan di Kenya diketahui kehilangan organ tubuh. Hal tersebut terungkap usai autopsi dilakukan dan afidavit dilayangkan ke pengadilan.
Pemimpin sekte kelaparan, Paul Nthenge Mackenzie pun dicurigai memanen organ tubuh secara paksa dari para pengikutnya. Mackenzie ditahan polisi usai diduga menyuruh pengikutnya berpuasa hingga mati untuk "bertemu Yesus."
Baca Juga: Ngeri, Korban Tewas akibat Sekte Kelaparan di Kenya Naik Jadi 110 Orang
Kasus sekte kelaparan Kenya terungkap usai pihak berwenang menemukan kuburan massal di kawasan peternakan milik Mackenzie di Malindi, tenggara Kenya pada April lalu. Hingga berita ini diturunkan, korban tewas akibat sekte sesat Kenya dikonfirmasi sejumlah 112 orang.
Sebagian besar korban jiwa diduga tewas akibat kelaparan. Namun, menurut ahli patologi pemerintah Kenya, dr Johansen Odour, jasad sebagian korban, termasuk anak-anak, menunjukkan bekas cekikan atau pemukulan.
Menurut laporan autopsi yang dimasukkan ke pengadilan pada Senin (8/5/2023) lalu, sebagian jenazah kehilangan organ tubuh. Polisi kemudian menduga tersangka terlibat penjualan ilegal organ tubuh.
"Laporan-laporan postmortem menunjukkan hilangnya organ-organ di sebagian jenazah korban yang telah dievakuasi," kata Martin Munene, inspektur kepolisian yang menangani kasus ini sebagaimana dikutip The Guardian, Selasa (9/5).
"Diyakini bahwa perdagangan organ tubuh manusia (terkait sekte) telah dikoordinasikan dengan baik dan melibatkan sejumlah pemain," lanjutnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak berwenang masih melakukan operasi pencarian di lokasi kuburan massal sekte kelaparan Kenya. Tidak menutup kemungkinan jumlah korban jiwa bertambah.
Baca Juga: Sinopsis Dokumenter In The Name of God: A Holy Betrayal, Kisah 4 Sekte Sesat di Korea Selatan
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.