MOSKOW, KOMPAS.TV - Eks Presiden Rusia, Dmitry Medvedev bereaksi keras setelah terjadinya serangan drone yang diyakini berniat membunuh Vladimir Putin.
Medvedev meyakini serangan yang terjadi pada Rabu (3/5/2023) tersebut dilakukan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Ia pun menegaskan pihaknya menginginkan kematian Zelenskyy, dan pemimpin pemerintahan Ukraina lainnya.
“Setelah serangan teroris ini, tak ada opsi lainnya kecuali secara fisik menyingkirkan Zelenskyy dan komplotannya,” kata Medvedev.
Baca Juga: Gencatan Senjata Terjadi di Gaza, Terjadi Usai Saling Serang atas Respons Kematian Adnan Khader
“Ini bahkan tak diperlukan menandatangani sebuah akta terkait penyerahan tanpa syarat,” tambahnya.
Sebelumnya, dilaporkan dua serangan drone menerpa kompleks Kremlin, yang juga kediaman dari Putin.
Putin pun dilaporkan lolos dari serangan tersebut, karena sedang tak berada di tempat.
Tetapi, kemarahan pun mendera Rusia, terkait upaya yang dianggap mengancam pemimpinnya tersebut.
Selain Medvedev, politikus senior Rusia, Alexei Zhuravlev juga meluapkan kekesalannya terhadap Ukraina.
“Sangat penting untuk menargetkan (serangan) ke pusat Kota Kiev,” ujarnya.
“Hancurkan kantor presiden, hancurkan sampai tanah-tanahnya (parlemen Ukraina), staf jenderal, dan juga gedung perumahan dari Badan Khusus Ukraina,” tambahnya.
Baca Juga: Dituduh Ingin Bunuh Putin, Zelenskyy Bantah Lakukan Serangan ke Kremlin
Zelenskyy sendiri menegaskan bukan pihaknya yang melakukan serangan.
“Kami tak menyerang Putin atau Moskow. Kami berjuang di wilayah kami. Kami mempertahankan desa dan kota,” katanya.
Sementara itu, Penasihat Zelenskyy Mykhailo Podolyak, mengungkapkan serangan itu kemungkinan dari aktivitas gerilya pasukan perlawanan setempat di Rusia.
“Seperti yang Anda tahu, drone bisa dibeli di toko militer mana pun. Hilangnya kontrol kekuasaan negara oleh klan Putin sangat jelas,” ujarnya.
Sumber : Daily Star
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.