JAKARTA, KOMPAS.TV – Penyebutan momen Lebaran sebagai teater panggung politik merupakan pemaknaan yang cukup sekuler terhadap suatu peristiwa keagamaan.
Penilaian itu disampaikan oleh Sukidi Mulyadi, seorang pemikir kebhinekaan, dalam dialog Satu Meja The Forum, Kompas TV, Rabu (26/4/2023), menanggapi pernyataan pengamat politik Islam Fachry Ali, yang juga menjadi narasumber dalam acara itu.
“Saya tidak setuju bahwa Lebaran itu adalah teater panggung politik, saya kira itu pemaknaan yang cukup sekuler terhadap satu peristiwa keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai ketuhanan,” tuturnya dalam dialog dengan tema ‘Lebaran Asyik tanpa Politik’ tersebut.
“Justru Lebaran ini mengingatkan kita pada pondasi republik ini, yang dibangun di atas prinsip ketuhanan itu sendiri, bahwa negara ini, kata Bung Karno, adalah negara berketuhanan,” imbuhnya.
Implikasi dari konsep itu, menurut sukidi, adalah negara memberikan kemerdekaan keyakinan kepada setiap umat beragama, dalam konteks ini adalah umat Islam, untuk merayakan Lebaran secara leluasa, secara bebas.
“Pada momen inilah kita menapaktilasi, kita umat Islam, sebagai satu kerinduan kepada asal muasal kita, dari kampung, dari lokasi.”
Baca Juga: Pengamat Politik: 2024 Bukan Hanya Kompetisi Antarcapres tapi King Maker juga, Termasuk Jokowi
“Jadi, kerinduan itu adalah hakikat dasar kemanusaiaan kita. Itu pertama,” tuturnya.
Ia menambahkan, mestinya, nilai ketuhanan menjadi pondasi untuk bernegara dan bermasyarakat.
“Itu harus selalu diingatkan di tengah situasi krisis, di mana nilai-nilai yang semestinya menjadi pegangan kita hifup berbangsa dan bernegara, ini mengalami satu nilai terkoyak.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.