BEIJING, KOMPAS.TV - Pemimpin China Xi Jinping hari Rabu (26/4/2023) mengatakan Beijing akan mengirim utusan ke Ukraina dan negara-negara lain untuk membahas kemungkinan "penyelesaian politik" bagi perang Rusia dengan Ukraina, seperti laporan Xinhua. Hal itu diungkap Xi Jinping usai berbicara lewat telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Selama ini, Beijing menghindari keterlibatan dalam konflik antara negara lain. Tetapi, China tampaknya mencoba menegaskan dirinya sebagai kekuatan diplomasi global setelah membidani kesepakatan damai dari pembicaraan antara Arab Saudi dan Iran pada Maret yang dimulai pada pemulihan hubungan diplomatik setelah terputus selama tujuh tahun.
Xi mengatakan pada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam panggilan telepon bahwa seorang utusan China akan mengunjungi Ukraina dan "negara-negara lain" untuk membahas kemungkinan penyelesaian politik, menurut pernyataan pemerintah yang dilaporkan oleh Xinhua.
Pernyataan itu tidak menyebutkan Rusia atau serangan terhadap Ukraina tahun lalu. Tidak ada juga indikasi apakah utusan China mungkin akan mengunjungi Moskow.
Panggilan telepon Xi Jinping dan Zelenskyy sudah lama dinanti setelah Beijing mengatakan ingin menjadi mediator dalam perang tersebut. Inilah alasan upaya Xi Jinping sangat penting bagi Ukraina.
Baca Juga: Xi Jinping dan Zelenskyy Lakukan Pembicaraan Telepon, Beijing Segera Kirim Utusan Khusus ke Kiev
China adalah satu-satunya pemerintah negara besar yang punya hubungan sangat baik dengan Moskow dan juga punya pengaruh ekonomi sebagai pembeli minyak dan gas Rusia terbesar, setelah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya memutus sebagian besar pembelian.
Beijing, yang melihat Moskow sebagai mitra diplomasi dalam menentang dominasi AS atas urusan global, menolak untuk mengkritik serangan Rusia ke Ukraina dan menggunakan statusnya sebagai salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk menangkal serangan diplomatik terhadap Rusia.
Zelenskyy sebelumnya mengatakan dia menyambut baik tawaran China untuk menjadi mediator.
Baca Juga: China Ingin Rusia dan Ukraina Berdamai, Ajukan 12 Poin Penyelesaian
Pemerintah Xi mengejar peran yang lebih besar dalam diplomasi global sebagai bagian dari kampanye untuk mengembalikan China ke apa yang Partai Komunis Tiongkok anggap sebagai status yang tepat China sebagai pemimpin politik dan ekonomi, serta bagian dari upaya China membangun tatanan internasional yang menguntungkan kepentingan Beijing.
Ini adalah kebalikan tajam setelah beberapa dekade menghindari keterlibatan dalam konflik negara lain dan sebagian besar urusan internasional sementara fokus pada pembangunan ekonomi di dalam negeri.
Pada Maret, Arab Saudi dan Iran mengeluarkan pengumuman mengejutkan setelah pembicaraan di Beijing, bahwa mereka akan membuka kembali kedutaan besar di ibu kota masing-masing setelah terputus selama tujuh tahun. China memiliki hubungan yang baik dengan keduanya sebagai pembeli minyak besar.
Minggu lalu, Menteri Luar Negeri China Qin Gang mengatakan kepada rekan-rekan sejawatnya dari Israel dan Palestina bahwa negaranya siap membantu memfasilitasi perundingan perdamaian.
Pernyataan pada hari Rabu memperingatkan tentang bahaya perang nuklir, mengindikasikan bahwa Beijing mungkin juga termotivasi oleh apa yang dilihatnya sebagai bahaya konflik yang lebih destruktif.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.