BEIRUT, KOMPAS.TV - Hari libur Idulfitri membawa kedamaian dan kegembiraan, namun juga kesedihan bagi umat muslim di seluruh dunia yang merayakannya pada hari Jumat (21/4/2023). Perayaan tersebut dinaungi tragedi akibat ledakan konflik di Sudan, sementara di negara-negara lain, hari raya terisi dengan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Setelah bulan puasa Ramadan, umat muslim merayakan Idulfitri dengan pesta dan berkunjung ke keluarga. Dimulainya liburan ini secara tradisional didasarkan pada pengamatan bulan baru, yang berbeda-beda tergantung pada lokasi geografis, seperti laporan Associated Press.
Di ibu kota Sudan, Khartoum, rentetan senjata berat sejak malam hingga terbit matahari di hari raya merusak kegembiraan umat muslim. Konflik mematikan yang meletus dalam seminggu terakhir di negara Afrika yang luas ini memaksa banyak orang berlindung di dalam rumah, bahkan saat air dan makanan untuk warga sipil semakin menipis.
Di Yerusalem, ribuan umat beragama berkumpul di kompleks Masjid Al-Aqsa, tempat yang dianggap sebagai situs suci ketiga bagi umat Islam, di mana ketegangan dengan otoritas Israel memuncak dalam sebulan terakhir. Kompleks ini juga menjadi rumah situs suci umat Yahudi.
Setelah salat Id, seorang badut menghibur anak-anak dan seorang perempuan melukis bendera Palestina yang berwarna hijau, merah, hitam, dan putih di pipi seorang gadis. Beberapa peserta menginjak-injak bendera Israel dan membentangkan spanduk dukungan untuk kelompok militan Palestina.
Jalan-jalan di ibu kota Arab Damaskus, Baghdad, dan Beirut dipadati oleh jemaah yang menuju masjid dan makam. Banyak umat muslim mengunjungi makam orang yang dicintainya setelah salat Id di hari pertama Idulfitri. Para pengunjung membawa bunga, jeriken air untuk tanaman, dan sapu untuk membersihkan batu nisan.
Baca Juga: Idulfitri di Khartoum Sudan Penuh Letusan Senjata Berat, Pemimpin Militer Janjikan Pemerintah Sipil
"Setelah salat Id, kami selalu mengunjungi orang yang sudah meninggal untuk berdoa dan menghormati, semoga Allah memberi rahmat dan mengampuni mereka pada hari yang diberkahi ini," kata Atheer Mohamed di pemakaman Azamiya, Baghdad.
Liburan dalam agama Islam mengikuti kalender lunar atau hijriah. Namun, beberapa negara mengandalkan perhitungan astronomi daripada pengamatan fisik.
Hal ini sering menimbulkan perselisihan antara otoritas keagamaan di berbagai negara, dan kadang-kadang di negara yang sama, mengenai tanggal dimulainya Idulfitri.
Tahun ini, Arab Saudi dan banyak negara Arab lainnya merayakan Idulfitri mereka pada hari Jumat, sementara Iran, Pakistan, dan Indonesia, antara lain, menetapkan hari pertama Idulfitri pada hari Sabtu.
Di Sudan, perayaan Idulfitri diganggu oleh satu minggu pertempuran sengit antara tentara pemerintah dan pasukan paramiliter saingannya, yang terlibat dalam persaingan berdarah untuk mengendalikan negara tersebut. Pertempuran telah menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan lainnya.
Dalam pesan video yang dirilis hari Jumat pagi, pidato pertamanya sejak pertempuran pecah, jenderal tertinggi pemeritah Sudan, Jenderal Abdel Fattah Burhan, menandai nada yang suram dari perayaan tersebut. "Kehancuran dan kerusakan serta suara tembakan tidak meninggalkan tempat bagi kebahagiaan yang pantas didapatkan oleh semua orang di negara tercinta kita," katanya.
Baca Juga: Ucapan Idulfitri dari Presiden AS Joe Biden, Mengaku Terkesan dengan Zakat Fitrah
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.