KHARTOUM, KOMPAS.TV - Pertempuran antara militer Sudan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) terus berlangsung hingga hari kedua pada Minggu (16/4/2023).
Bentrok bersenjata yang meletus di ibu kota Khartoum, Sabtu (15/4) kemarin ini pun meluas ke berbagai daerah, termasuk kota terbesar kedua Sudan, Omdurman, di seberang ibu kota.
Pihak militer dan paramiliter terus bertempur kendati korban berjatuhan dan tekanan internasional untuk menghentikan peperangan meningkat.
Pertempuran ini dikhawatirkan memicu konflik meluas di Sudan yang sedang mengalami kekacauan politis dalam proses transisi menuju demokrasi.
Pada Minggu (16/4), ibu kota Khartoum menjadi palagan membara militer vs RSF dengan pertempuran yang melibatkan kendaraan lapis baja, truk bersenapan mesin, dan pesawat perang. Kedua pihak dilaporkan memiliki puluhan ribu petempur di Khartoum.
Baca Juga: Liga Arab Gelar Rapat Darurat Bahas Situasi Sudan
Di Khartoum dan Omdurman, pertempuran hebat dilaporkan terjadi di dekat markas militer Sudan. Seorang pejabat militer Sudan menyebut RSF menyerang markas tentara nasional dan membakar sebuah fasilitas Angkatan Darat.
Selain itu, pertempuran juga meluas hingga ke jalanan dan permukiman warga. Pertempuran di daerah permukiman ini membuat korban sipil dikhawatirkan bertambah.
"Pertempuran belum berhenti. Mereka baku tembak di jalanan. Ini adalah perang habis-habisan di perkampungan warga," kata aktivis hak asasi manusia Sudan yang tinggal di Khartoum, Tahani Abbas, kepada Associated Press, Minggu.
Abbas mengaku keluarganya terpaksa meringkuk bertiarap di dalam rumah karena situasi berbahaya. Ketika diwawancara wartawan via telepon, suara tembakan terdengar dari saluran Abbas.
"Tidak ada yang bisa tidur. Anak-anak menangis dan berteriak setiap ada ledakan," katanya.
Pihak militer Sudan dan RSF sama-sama mengeklaim menguasai situs-situs strategis di Khartoum dan Omdurman. Keduanya juga saling tuduh mengenai penyebab pertempuran.
Hingga berita ini diturunkan, pertempuran dilaporkan meluas hingga ke kawasan Darfur, barat Sudan, tempat puluhan ribu orang mengungsi usai perang sipil selama bertahun-tahun. Tiga staf Program Pangan Dunia (WFP) juga dilaporkan tewas di Darfur.
Organisasi Sindikat Dokter Sudan melaporkan sedikitnya 56 warga sipil tewas sejak pertempuran dimulai. Kedua pihak yang bertempur juga diyakini menderita puluhan korban jiwa.
Selain korban tewas, diperkirakan terdapat hampir 600 orang terluka, termasuk warga sipil dan petempur, akibat pertempuran militer vs RSF di Sudan.
Baca Juga: Paramiliter Sudan Bertempur Lawan Militer di Ibu Kota, Klaim Rebut Istana Presiden
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.