JAKARTA, KOMPAS.TV - Alif (4) dan Bianca (2) kakak beradik yang sekilas tampak normal seperti anak-anak pada umumnya. Namun dalam usia yang masih kanak-kanak itu, keduanya sudah didiagnosa diabetes melitus tipe 1 yang membutuhkan injeksi insulin seumur hidup. Mereka harus mendapatkan suntik insulin sehari 4 kali. Tiga kali sebelum makan dan sekali saat sebelum tidur malam.
Apa daya, tubuh kecil anak-anak itu sudah tidak mampu menghasilkan hormon pengendali gula darah tersebut. Namun beruntung, keluarga yang tinggal di rumah petak di salah satu sudut Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mendapatkan insulin dari BPJS secara gratis.
Selain Alif dan Bianca, laporan jurnalisme data tim Harian Kompas yang diterbitkan Jumat (14/4/2023), juga menemukan Mohammad Faizcenna (19) yang didiagnosa penyakit gula ini sejak usia 7 tahun atau 13 tahun silam. Faiz kala itu seringkali buang air kecil, bahkan sampai mengompol di malam hari. Badannya kurus dengan berat badan tidak sampai 20 kilogram, meski porsi makannya dalam sehari cukup banyak.
Baca Juga: Dokter Sarankan Penderita Diabetes Batalkan Puasa Jika Terjadi Tiga Hal Ini
Ayah Faizcenna, Moh Arif Novianto (56), kemudian memutuskan membawa sang anak berobat ke dokter. Arif menggunakan biaya mandiri tanpa asuransi kesehatan untuk pembelian insulin dan makanan berlabel diabetes. "Untuk beli insulin, satu pena Rp 240.000-250.000. Sebulan pakai 4 pena. Sudah kelihatan angkanya," katanya kepada Harian Kompas, pada Kamis (30/03/2023).
Menurut Arif, pengeluaran Rp 1 juta tersebut, belum termasuk makanan berlabel diabetes yang harganya mahal. Hampir lima tahun lamanya, Arif membiayai pengobatan Faiz tanpa asuransi kesehatan. Baru dua tahun setelah program BPJS berjalan, Arif memutuskan memakai asuransi BPJS karena kebutuhan insulin Faiz makin besar.
Perjuangan anak dengan diagnosa diabetes juga dirasakan oleh Alisha (8) yang rutin suntik insulin, rata-rata tiga pena suntik setip bulannya. Meski begitu, orang tua Alisha, Via (40) bersyukur sebab biaya untuk insulin ditanggung BPJS. "Alhamdulillah ringan sekali kami dibantu BPJS,” ungkap Via.
Peningkatan penderita diabetes di Indonesia memang melonjak. Sebanyak 47,9 juta orang Indonesia terbiasa mengonsumsi gula berlebih. Tim Jurnalisme Data Harian Kompas membandingkan data konsumsi makanan dan minuman harian dengan total konsumsi kalori harian orang Indonesia pada data mikro Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (Susenas BPS) tahun 2021.
Hasilnya, terdapat 47,9 juta orang atau 17,6 persen dari populasi Indonesia (271 juta jiwa) yang mengonsumsi gula berlebih. Artinya, ada satu dari enam orang Indonesia yang pola makannya meningkatkan risiko obesitas dan diabetes.
Baca Juga: Lakukan Ini, Bisa Cegah Diabetes Tipe 2 untuk Anak dan Remaja Tanpa Pengobatan
Situs dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan, mereka yang berisiko terkena diabetes tipe 2 dan prediabetes adalah berat badan berlebih, pola makan tidak sehat, usia lanjut, mager alias malas bergerak dan memiliki keluarga dengan riwayat diabetes.
Sumber : Kompas TV/Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.