GROBOGAN, KOMPAS.TV - Ratusan santri di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, mengaji kitab kuning untuk menambah bekal dan penjelasan ilmu agama yang jarang diketahui pada pelajaran agama di bangku sekolah formal.
Mulai awal puasa Ramadan setiap waktu pagi, siang, sore dan malam, para santri tekun mengikuti pengajian kitab kuning. Metode yang diajarkan para ustadz dan kyai kepada para santri terbilang unik, berbeda dengan metode pengajaran pada sekolah formal.
Kitabnya pun merupakan kitab khusus yang berbahasa arab, kemudian diterjemahkan oleh ustaz dan kyai dengan bahasa Jawa klasik. Para santri pun mencatat terjemah dan penjelasan yang disampaikan oleh ustadz dan kyai, dengan menggunakan tulisan Arab Pegon atau tulisan Arab yang berbahasa Jawa.
Beragam kajian kitab kuning diajarkan, mulai dari kitab fikih atau hukum syariat agama, kitab hadits, kitab tafsir Al-Qur’an dan kitab tasawuf. Para santri yang mengikuti Ngaji Kilatan Ramadan pun beragam usia, dari yang dewasa hingga masih anak usia sekolah menengah pertama.
“Ciri khasnya memang metodologinya membaca kitab kuning dengan bahasa Arab dan Makno Gandul,” ujar Kyai Sirojuddin, pengasuh Pondok Pesantren Manba’ul A’laa Purwodadi.
Muhammad Dhofar, salah satu santri Ngaji Kilatan menyampaikan, tradisi mengaji kitab kuning selama Ramadan diadakan setiap tahun.
“Sebulan full Pondok Pesantren Manba’ul ini. Ramadan kali ini jam 4 subuh ngaji Al-Qur’an, dari siang, sore dan malam di sini ngaji kitab kuning. Yang dimaknai bersama para kyai di pondok ini,” kata Muhammad Dhofar.
Meski tradisi Ngaji Kilatan pada bulan Ramadan menggunakan metode lama yang turun temurun dari para ustadz dan kyai pondok pesantren, tapi kaya isi kajian ilmu agama. Pasalnya, ilmu agama yang disampaikan dalam kitab kuning, banyak yang tidak diajarkan di pendidikan umum atau pendidikan formal.
#ramadan #santri #pesantren
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.