LONDON, KOMPAS.TV - Intelijen Inggris Raya melaporkan bahwa pasukan Rusia di Ukraina terlalu banyak minum alkohol sehingga memengaruhi performa tempur. Intelijen Inggris pun mencatat "sangat banyak" insiden mematikan terkait kemabukan selama perang.
Pasukan Rusia disebut kerap maju bertempur dalam kondisi mabuk. Hal tersebut disinyalir turut menyebabkan tingginya korban jiwa di pihak Rusia.
Baca Juga: Peringati Setahun Pembantaian Bucha, Zelenskyy: Ukraina Tak Akan Pernah Maafkan Rusia
"Rusia telah mengalami kerugian hingga 200.000 personel sejak invasi skala penuh ke Ukraina, minoritas signifikan dari angka ini disebabkan situasi nontempur," demikian bunyi laporan intelijen Inggris Raya dikutip The Guardian, Minggu (2/4/2023).
"Pada 27 Maret 2023, sebuah kanal berita Telegram Rusia melaporkan ada insiden berjumlah 'sangat tinggi', kejahatan, dan kematian terkait konsumsi alkohol di kalangan pasukan Rusia," lanjut laporan tersebut.
Rusia sendiri enggan mengumumkan korban personel yang diderita sejak meluncurkan invasi pada Februari 2022 lalu. Sedangkan rilis kematian personel Rusia oleh otoritas Ukraina dinilai tidak akurat oleh berbagai pihak.
Per Februari 2023, Kementerian Pertahanan Inggris Raya memperkirakan sudah ada 40.000-60.000 tentara Rusia yang tewas di Ukraina selama invasi. Sedangkan Center for Strategic and International Studies (CSIS) memperkirakan 60.000-70.000 korban tewas.
Selain terlalu mabuk, intelijen Inggris Raya memperkirakan tingginya korban di pihak Rusia juga dikarenakan buruknya latihan senjata, kecelakaan lalu lintas, serta cedera terkait iklim seperti hipotermia.
"Komandan-komandan Rusia sepertinya mengidentifikasi penyalahgunaan alkohol secara meluas sebagai hal detrimental bagi efektivitas tempur (pasukan Rusia)," demikian keterangan intelijen Inggris Raya.
"Namun, dengan banyaknya peminum berat di masyarakat Rusia, itu sejak lama dipandang sebagai hal yang dapat diterima secara taktis sebagai bagian kehidupan militer, bahkan dalam operasi pertempuran."
Baca Juga: Saat Amerika Serikat Tak Berdaya karena Rusia Jadi Presiden Dewan Keamanan PBB: Tangan Kami Terikat
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.