WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) meyakini Presiden Rusia Vladimir Putin tengah berada dalam posisi terdesak pada perang dengan Ukraina.
Washington meyakini Moskow tengah berusaha melakukan pertukaran dengan Korea Utara.
Rusia disebut ingin menukar makanan dan komoditas lainnya dengan persenjataan Korea Utara.
Pernyataan AS ini menjadi tuduhan terkini bahwa Rusia tengah putus asa, dan sangat membutuhkan persenjataan dan terhambat oleh sanksi dan kontrol ekspor.
Baca Juga: Cerita Diaspora Indonesia Ramadan di Uttar Pradesh, Ikut Ngabuburit Orang India
Hal itu diyakini membuat mereka beralih ke negara-negara yang “nakal” untuk mendapatkan bantuan.
“Sebagai bagian dari kesepakatan yang diusulkan ini, Rusia akan menerima lebih dari dua lusin jenis senjata dan amunisi dari Pyongyang,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby dikutip dari Sky News, Kamis (30/3/2023).
“Kami juga menyadari bahwa Rusia mencoba mengirimkan delegasi ke Korea Utara, dan Rusia menawarkan Korea Utara makanan untuk ditukarkan dengan amunisi,” ujarnya.
Gedung Putih sebelumnya telah mendeklasifikasikan intelijen untuk menyajikan bukti bahwa Iran menjual ratusan drone penyerang ke Rusia selama musim panas.
Selain itu, grup tentara bayaran Rusia, Wagner telah menerima pengiriman senjata dari Korea Utara untuk membantu memperkuat pasukannya.
Para ahli percaya situasi makanan di Korea Utara saat ini adalah yang terburuk selama 11 tahun kepemimpinan Korea Utara.
Baca Juga: Putrinya Menggambar “Anti-Perang”, Pria Rusia Dipenjara Usai Ditangkap di Belarusia
Tetapi, mereka mengatakan tidak melihat adanya tanda bahaya kelaparan atau kematian massal.
Media Korea Utara pada awalan bulan ini melaporkan Kim Jong-un sendiri berjanji memperkuat kontrol negara terhadap pertanian, dan mengambil serentetan langkah lain untuk meningkatkan produksi biji-bijian.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada bulan lalu mengatakan intelijen AS memperkirakan China sedang mempertimbangkan untuk memberikan senjata dan amunisi ke Rusia.
Meski begitu, pejabat Gedung Putih mengatakan mereka belum melihat bukti bahwa Beijing menindaklanjuti pengiriman senjata.
Sumber : Sky News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.