TRIPOLI, KOMPAS.TV - Lebih dari 2 ton uranium yang dilaporkan hilang di Libya akhirnya telah ditemukan.
Sebelumnya Pengawas Nuklir PBB, IAEA, mengungkapkan lebih dari 2 ton uranium hilang di negara yang tengah berkonflik tersebut.
Penemuan kembali uranium yang hilang itu diungkapkan oleh Komandan Divisi Komunikasi Militer Khalifa Haftar, Jenderal Khaled al-Majhoub.
Ia mengatakan pada Kamis (16/3/2023), kontainer uranium tersebut telah ditemukan sekitar 5km, dari tempat benda tersebut hilang di selatan Libya.
Baca Juga: Macron Bikin Marah Rakyat Prancis Usai Putuskan Reformasi Pensiun Tanpa Voting, Demonstrasi Ricuh
Pada pernyataannya, Al-Mahjoub mengatakan 10 barel hilang ditemukan di dekat perbatasan dengan Chad, meski dalam video terpisah yang dikeluarkan unit medianya menunjukkan para pekerja menghitung ada 18 barel yang ditemukan.
“Situasi telah terkontrol. IAEA juga telah diinformasikan,” ujar Mahjoub dikutip dari Al-Jazeera.
Sebelumnya, IAEA mengatakan sekitar 2,3 ton uranium alami telah hilang dari lokasi Libya yang tidak dikontrol pemerintah.
IAEA memperingatkan bahwa uranium yang hilang akan menghadirkan risiko radiologi serta masalah keamanan nuklir.
Konsentrat bijih uranium dianggap memancarkan radioaktivitas tingkat rendah.
Zat tersebut umumnya dikenal sebagai “kue kuning”, bubuk yang terdiri dari sekitar 80 persen uranium oksida.
Ini digunakan dalam persiapan bahan bakar nuklir untuk reaktor, dan juga dapat diperkaya untuk digunakan dalam senjata nuklir.
Baca Juga: Gawat! 2,5 Ton Uranium Hilang di Libya, Kata Badan Pengawas Nuklir Internasional IAEA
Menurut sumber, yang merupakan diplomat senior Barat, ancaman dari materi tersebut terbatas tapi tak dapat diabaikan.
“Bahan nuklir yang hilang adalah masalah pengamanan dan keamanan nuklir, terutama mengingat situs tersebut tak berada di bawah kendali otoritas pengatur di Libya,” ujar sumber itu.
Libya sendiri pada 2003 di bawah kepemimpinan Muammar Gaddafi telah meninggalkan program senjata nuklir, kimia dan biologi setelah diskusi rahasia dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Sebelumnya, Pemerintah Gaddafi telah memproleh sentrifugal yang dapat memperkaya uranium, serta merancang informasi untuk bom nuklir, meski negara itu membuat sedikit kemajuan dalam menciptakan senjata nuklir.
Sumber : Al-Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.