JAKARTA, KOMPAS.TV - Deputi Bidang Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba, meminta Indonesian e-Commerce Association (idEA) untuk menutup toko yang menjual produk pakaian impor bekas di platform e-Commerce.
“Teman-teman idEA komitmen untuk turut memberantas kegiatan ini dengan langkah sosialisasi, mengingatkan kewajiban dari penjual untuk declare barangnya termasuk mengenai legalitas barang dan melakukan tindakan take down dan blacklist kalau berkali-kali tidak bisa ditertibkan,” kata Hanung dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (16/3/2023).
Peringatan take down atau menutup penjualan produk pakaian impor bekas, diharapkan sudah terlaksana bahkan ‘bersih’ dalam sepekan ke depan.
Kemenkop UKM pun bakal mengevaluasi langkah tersebut dan meminta data jumlah berapa banyak produk penjualan barang impor bekas yang telah di-takedown dari e-Commerce.
Baca Juga: Konsumen Thrifting Buka Suara soal Larangan Impor Baju Bekas: Lebih Murah, Kualitas Oke, Size Banyak
“Kalau tidak ada progres kami akan diskusikan dengan (Kementerian Perdagangan) terkait kebijakan apa yang mesti diambil,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum idEA Budi Primawan menuturkan pihaknya sepakat untuk mematuhi aturan pemerintah termasuk peraturan perundang-undangan yang berlaku.
“Dan saya setuju memang semua lini, karena sama-sama satu perahu, penyedia platform, kita sama-sama membantu pengusaha Indonesia berusaha lewat ekosistem digital,” ucap Budi.
Sementara terkait penegakan hukum, menurut Budi yang juga menjabat Vice President Government Relation Affairs Lazada, perusahaan Lazada dari awal telah berkomitmen menjual barang sesuai dengan ketentuan.
Adapun pakaian bekas merupakan barang yang dilarang diimpor, berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.
Baca Juga: Apa Salahnya Baju Bekas Impor sampai Dibakar Begitu?
Aktivitas thrifting atau membeli baju bekas kini memang semakin digemari masyarakat. Terutama anak muda. Ada beragam alasan yang membuat mereka membeli produk fesyen yang diimpor dari sejumlah negara itu. Mayoritas, karena harganya murah dan modelnya bagus.
Mutia (35), seorang pekerja lepas di bidang periklanan, mengaku membeli baju impor bekas karena banyak tersedia dalam ukuran besar. Mutia yang berperawakan gemuk ini mengatakan, pakaian dengan size besar mayoritas ada di merek fesyen internasional.
"Soalnya lebih murah. Nyari baju ukuran aku tuh susah ya, lebih gampang beli baju merek luar karena ukurannya ada. Nah merek luar biasanya kan mehong (mahal), lebih murah kalo thrifting," kata Mutia saat dihubungi Kompas TV, Kamis (16/3/2023).
Produk yang ia beli biasanya kaos dan outer, seperti jaket, blazer, dan vest. Mutia biasa membeli produk tersebut lewat online thrift shop. Produk yang ia terima selalu dalam keadaan bersih dan wangi, karena sudah dicuci oleh si penjual.
"Tapi ya tetep dicuci lagi sebelum dipake. Terus desainnya juga lebih ok buat aku," ujarnya.
Sumber : Antara, Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.