JAKARTA, KOMPAS.TV - Psikolog klinis, Liza Djaprie mempertanyakan lingkungan yang membesarkan Mario Dandy, Shane Lukas, dan AG sehingga menimbulkan penganiayaan berat yang menyebabkan David Ozora koma.
Peran Mario, Shane, dan AG dalam penganiayaan sendiri diperjelas melalui rekonstruksi yang dilakukan pada Jumat (10/3/2023).
Baca Juga: Ikut Merekam Hingga Tak Coba Hentikan Mario, Ini Sejumlah Peran AG dalam Penganiayaan David!
Liza menuturkan, sejak awal kasus penganiayaan David mengemuka, naik-turun emosi para tersangka terlihat jelas. Menurutnya, Mario dan kawan-kawan sempat denial, tetapi kemudian berada di titik pertanggungjawaban saat rekonstruksi.
“Naik-turunnya emosi tersangka terlihat sekali, dari tadinya tengil, songong, sombong kemudian menjadi nangis tampak lemas, tidak berdaya. Ini bisa dilihat antara mereka mencari simpati atau merasa realitanya baru menghentikan mereka,” kata Liza dalam program “Kompas Petang” Kompas TV, Sabtu (11/3/2023).
Dalam rekonstruksi 40 adegan penganiayaan David, Mario meminta Shane merekam tindak penganiayaan. Sedangkan AG terkesan melakukan pembiaran dan sempat merekam penganiayaan korban.
Mario pun sempat melakukan selebrasi ala Cristiano Ronaldo saat korbannya terkapar tak berdaya. Mario juga memerintahkan David push-up 50 kali saat menganiaya.
Mengenai kasus ini, Liza menyorot peran Shane yang terkesan menuruti perintah Mario. Seturut karakteristik remaja yang merasa harus diterima lingkugan dan sahabat, Mario terkesan seperti gang leader dalam lingkar pertemanannya.
Liza pun mempertanyakan latihan empati dan contoh-contoh positif yang diberikan orang dewasa dalam lingkungan tempat Mario, Shane, dan AG tumbuh.
"Anak-anak dalam tumbuh-kembangnya itu butuh contoh-contoh positif sehingga dia punya program yang positif juga dalam dirinya,” kata Liza.
Lebih lanjut, Liza menyebut empati dan kasih sayang mesti dilatih pada anak-anak. Ia juga menegaskan anak-anak perlu dilatih menerima konsekuensi atas perilaku yang dilakukan.
"Kalau kita bicara empati dan rasa kasih, itu sesuatu hal yang dilatih. Sesuatu yang diberi contoh oleh lingkungan, orang dewasa dan mengajarkan anak-anak dari kecil tentang empati, nilai-nilai mana yang baik, mana yang benar. Ini sepertinya yang kurang dari ketiga pelaku,” kata Liza.
“Mungkin sepanjang tumbuh-kembangnya, mereka tidak benar-benar mendapatkan latihan bagaimana menerima konsekuensi atas perilaku yang mereka lakukan. Mungkin saat mereka melakukan kesalahan tidak ada diskusi dengan lingkungannya, ketika salah bahkan mereka dibenarkan, jadi hal-hal seperti itu,” lanjutnya.
Baca Juga: Respons Rekonstruksi, Keluarga David Dukung Polisi Jerat Mario Cs Dihukum Berat: Perannya Jelas
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.