WASHINGTON, KOMPAS.TV - Ini adalah misteri internasional besar yang memiliki konsekuensi global: siapa yang berada di balik ledakan yang merusak pipa gas Nord Stream di Laut Baltik tahun lalu?
Jawaban atas pertanyaan ini memiliki implikasi yang luas bagi keamanan energi Eropa, tetapi juga dapat mengancam persatuan Barat dalam mendukung Ukraina dalam mempertahankan diri dari invasi Rusia.
Atau seperti laporan Associated Press, Jumat (10/3/2023), hal itu dapat menghancurkan upaya Rusia dan China untuk menempatkan kesalahan pada Barat yang dianggap tidak konsisten.
Namun, hampir enam bulan setelah sabotase pada pipa-pipa Rusia-Jerman, belum ada penjelasan yang diterima. Serangkaian laporan yang tidak terkonfirmasi yang saling menuding Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Ukraina mengisi kekosongan informasi ketika penyelidikan terhadap ledakan terus berlanjut.
Berikut adalah penjelasan tentang pipa-pipa dan apa yang diketahui tentang ledakan itu, seperti laporan Associated Press.
Pipa-pipa tersebut, yang dikenal sebagai Nord Stream 1 dan Nord Stream 2, mayoritas dimiliki oleh perusahaan energi negara Rusia Gazprom dan digunakan untuk mengangkut gas alam dari Rusia ke Eropa di bawah Laut Baltik hingga ke terminus mereka di Jerman.
Nord Stream 1 selesai dan mulai digunakan pada tahun 2011. Nord Stream 2 tidak selesai hingga musim gugur 2021 tetapi tidak pernah beroperasi karena diluncurkannya invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Baca Juga: Laporan Sementara Intelijen Barat: Pipa Nord Stream 2 Diduga Diledakkan Penyabot Ukraina
Kedua pipa melintasi rute yang sudah ada melalui Ukraina, sehingga tidak hanya Ukraina kehilangan pendapatan dari biaya transit tetapi juga tidak dapat langsung menggunakan gas yang mereka bawa.
Mungkin yang lebih memprihatinkan bagi Barat, pipa-pipa itu dianggap sebagai langkah Rusia untuk memperoleh lebih banyak, jika tidak hampir sepenuhnya, kendali atas pasokan energi Eropa.
Banyak di Barat yang khawatir Rusia akan menggunakan energi sebagai senjata politik terhadap negara-negara Eropa seperti yang dilakukannya di masa lalu dengan negara-negara bekas Uni Soviet.
Meskipun adanya kekhawatiran tersebut dan atas keberatan dari pemerintahan Obama, Trump, dan Biden, pemerintah Jerman di bawah mantan Kanselir Angela Merkel melanjutkan pembangunan proyek Nord Stream 2.
Pemerintahan Biden mencabut sanksi terhadap entitas Jerman yang terlibat dalam Nord Stream 2 setelah mendapatkan janji dari Jerman bahwa Jerman akan mengizinkan aliran balik gas ke Ukraina dan akan bertindak untuk menutup pipa jika Rusia mencoba menggunakannya untuk memaksa konsesi politik.
Setelah invasi Rusia pada 24 Februari 2022 ke Ukraina, Jerman mencabut izin untuk Nord Stream 2, yang belum beroperasi.
Baca Juga: Rusia akan Adukan Inggris ke DK PBB, Dituding Jadi Pelaku Ledakan Jalur Pipa Gas Nord Stream
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.