YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Gaslighting merupakan istilah yang tak jarang didiskusikan belakangan ini. Seseorang tanpa sadar bisa menjadi korban gaslighting.
Lalu, apa itu gaslighting? Bagaimana ciri-ciri pelaku gaslighting? Dan bagaimana cara menghadapi pelaku gaslighting.
Psikolog klinis Welas Asih Healing & Development Center, Fika Nadia Tirta Maharani menyebut gaslighting bisa dikategorikan sebagai kekerasan psikis dan emosional. Ia menyebut tindakan gaslighting memuat manipulasi secara negatif terhadap orang lain.
Baca Juga: Jadi Word of the Year 2022, Apa Arti Gaslighting? Simak Tanda-Tanda Anda Jadi Korban Gaslighting
Fika menerangkan, proses gaslighting membuat korban mempertanyakan kebenaran realitas, ingatan, atau sudut pandangnya.
“Orang yang diberikan gaslighting ini merasa bingung, memiliki harga diri rendah, kurang percaya diri, dan bergantung pada gaslighter,” kata Fika dikutip laman resmi Universitas Airlangga.
Menurut Fika, gaslighter atau seseorang yang melakukan gaslighting umumnya tidak menyukai konfrontasi dan tidak suka dikritik.
Hal tersebut membuat gaslighter umumnya sengaja lupa atau menyangkal ketika dihadapkan suatu fakta dengan bukti rasional. Gaslighter juga cenderung melakukan blocking, meminta orang lain tidak membicarakan suatu topik yang membuatnya merasa diserang.
Selain itu, gaslighter umum melakukan diverting atau mengallihkan topik sembari menyalahkan korban gaslighting.
“Gaslighter juga akan selalu meng-attack atau menyerang karakteristik seseorang dibandingkan dengan mengkritisi perilaku atau tindakan. Ketika sudah menyerang karakter seseorang, itu menjadi red flag bahwa itu bisa menjadi indikasi gaslighting,” kata Fika.
Menutu Fika, dalam suatu hubungan, korban gaslighting cenderung sulit melepaskan diri. Fika pun menyarankan kepada korban gaslighting agar mampu menyadari pengalaman sendiri secara apa adanya.
“Dengan teman-teman berani menerima pengalaman teman-teman apa adanya, itu adalah langkah yang sangat monumental supaya nantinya teman-teman bisa keen for help,” kata Fika.
Fika menambahkan, korban gaslighting perlu membangun harga diri yang sehat dan memprioritaskan kesehatan dan keselamatan.
Kata Fika, kesehatan yang dimaksud tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional, sosial, dan spiritual.
Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk menjauhi pelaku gaslighting adalam membatasi intensitas komunikasi. Alasannya, pelaku gaslighting umumnya menginginkan kontrol atas seseorang.
Terakhir, kata Fika, korban gaslighting disarankan mencari dukungan kepada keluarga, teman, atau profesional.
“Korban perlu orang yang dipercaya yang fungsinya untuk menstabilkan realita mereka. Dengan bantuan profesional, teman-teman bisa diajak untuk melihat secara objektif pengalaman teman-teman,” kata Fika.
Baca Juga: Pelaku Gaslighting Selalu Bikin Korban Merasa Bersalah? Ini Penjelasan Psikolog
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.