NEW YORK, KOMPAS.TV - Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (23/2/2023) menyetujui resolusi tidak mengikat yang menyerukan agar Rusia mengakhiri konflik di Ukraina. PBB juga menuntut ditariknya pasukan Rusia dari Ukraina.
Pemungutan suara untuk resolusi ini mendapatkan hasil akhir 141-7 dengan 32 negara memilih abstain. Majelis Umum kini telah menjadi badan PBB terpenting yang berhubungan dengan krisis di Ukraina.
Dewan Keamanan yang seharusnya bertugas menjaga perdamaian dan keamanan internasional, kini dilumpuhkan oleh hak veto Rusia.
Resolusi ini tidak mengikat secara hukum, tidak seperti resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan. Namun demikian resolusi ini tetapi berfungsi sebagai barometer opini dunia.
Menteri luar negeri dan diplomat dari lebih dari 75 negara berpidato di majelis selama dua hari.
Sebagian besar mendesak dukungan untuk resolusi yang menjunjung integritas teritorial Ukraina, yang merupakan prinsip dasar Piagam PBB yang harus diikuti oleh semua negara ketika mereka bergabung dengan organisasi dunia.
Adapun Perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak invansi negara tersebut pada akhir Februari 2022 lalu telah membunuh puluhan ribu orang di kedua sisi dan telah menghancurkan seluruh kota menjadi reruntuhan.
Dampaknya juga turut dirasakan di seluruh dunia, khususnya karena melonjaknya harga makanan dan bahan bakar yang memicu inflasi untuk kebutuhan pokok lainnya.
Baca Juga: Pembenaran Putin Lakukan Serangan ke Ukraina: Sebut Rusia Berjuang untuk Tanah Bersejarah
Dalam permohonannya, Menteri Luar Negeri Polandia Zbigniew Rau mengatakan warga Ukraina berhak mendapatkan lebih dari kasih sayang, namun juga dukungan dan solidaritas dunia.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock juga memberikan pernyataan.
“Barat tidak menginginkan atau memilih perang dan lebih suka memfokuskan seluruh energi dan uangnya untuk memperbaiki sekolah, memerangi krisis iklim, atau memperkuat keadilan sosial,” katanya.
“Tetapi kenyataannya adalah: Jika Rusia berhenti berperang, perang ini berakhir. Jika Ukraina berhenti bertempur, Ukraina berakhir,” ujar Baerbock seperti dikutip dari The Associated Press.
Wakil duta besar Venezuela berbicara kepada dewan atas nama 16 negara yang memilih menentang atau abstain pada hampir semua lima resolusi sebelumnya tentang Ukraina, yaitu Belarusia, Bolivia, Kamboja, Cina, Kuba, Eritrea, Guinea Khatulistiwa, Iran, Laos, Mali, Nikaragua, Korea Utara, St. Vincent, Suriah, Venezuela, dan Zimbabwe.
Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina Bakal Masuki Setahun, Sekjen PBB Mengutuk sebagai Penghinaan Hati Nurani
Sementara negara-negara lain fokus pada tindakan Rusia. Wakil Duta Besar Joaquín Pérez Ayestarán mengatakan pada hari Rabu bahwa semua negara tanpa kecuali “harus mematuhi Piagam PBB dengan ketat.
Wakil Duta Besar China untuk PBB Dai Bing mengatakan kepada majelis pada hari Kamis “Kami mendukung Rusia dan Ukraina dalam bergerak menuju satu sama lain, melanjutkan dialog langsung sesegera mungkin, membawa keprihatinan mereka yang sah ke dalam negosiasi, menetapkan opsi yang layak, dan memberikan kesempatan untuk sebuah awal krisis dan pembangunan kembali perdamaian.”
“Masyarakat internasional harus melakukan upaya bersama untuk memfasilitasi pembicaraan damai,” ujarnya.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.