Ke Mana Eliezer Usai Divonis 1,5 Tahun? Akankah Kembali Jadi Anggota Polri? - OPINI BUDIMAN

JAKARTA, KOMPAS.TV - Bharada Richard Eliezer sepertinya telah menjelma menjadi simbol kejujuran. Simbol keberanian untuk mengungkap kejujuran meskipun vonis hakim 1 tahun 6 bulan penjara punya dilema moral.

Eliezer adalah pembunuh rekannya Yosua Hutabarat, namun ia telah mengakui membunuh karena tak kuasa melawan perintah sang jenderal.

Eliezer panutan bukan untuk penembakan karena penembakan tidak  bisa dibenarkan, karena penembakan itu mengakhiri kehidupan Yosua.

Akan tetapi Eliezer bisa saja jadi panutan karena keberaniannya mengakui perbuatan, menyatakan penyesalan dan mengungkap kebenaran dengan mengutamakan kejujuran.

Di republik ini kejujuran memang masih harus diperjuangkan. Diperjuangkan dengan risiko ditahan, diperjuangkan dengan risiko “tersingkir” dari kesatuan.

Bagi kelompoknya, Eliezer bisa saja ditempatkan sebagai ‘pengkhianat’ kalau Eliezer tidak mengaku dan tetap setia pada Ferdy Sambo.

Bisa saja persidangan tidak akan terbuka dana tidak akan digelar.

Di sinilah dilema antara kesetiaan pada perintah atasan dan kejujuran untuk mengungkap penyimpangan. Biarlah dilema moral itu diperdebakan.

Pertanyaannya kemudian kemana Eliezer setelah divonis 1 tahun 6 bulan?

Baca Juga: Mengapa Jaksa Tak Mau Revisi Tuntutan Eliezer? - OPINI BUDIMAN

Eliezer ditahan sejak 3 Agustus 2022, jika putusan hakim punya kekuatan hukum tetap Eliezer akan bebas 3 Februari 2024 atau bisa saja lebih cepat. Itu asumsinya, jaksa dan Eliezer tidak mengajukan banding.

Beruntunglah sehari setelah vonis dijatuhkan Kejaksaan Agung kemudian menyatakan bahwa jaksa tidak banding.

Eliezer pun menerima, artinya keputusan Eliezer telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Itu adalah akhir dari drama Eliezer, pihak keluarga Eliezer menaruh sebuah harapan agar Eliezer bisa kembali ke kesatuannya.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Dedi Prasetyo mendengar aspirasi dari keluarga Eliezer untuk kembalinya Eliezer ke anggota kepolisian.

Video Editro: Galih