KIEV, KOMPAS.TV - Pejabat Intelijen Ukraina mengungkapkan Presiden Rusia, Vladimir Putin tak punya kemampuan meluncurkan serangan besar-besaran menjelang setahun invasi Rusia.
Perwakilan dari Direktorat Intelijen Utama Menteri Pertahanan Ukraina, Andriy Chernyak mengungkapkan hal itu, Jumat (10/2/2023).
Chernyak mengungkapkan militer Rusia mengalami kesulitan karena kekurangan senjata untuk meluncurkan serangan besar-besaran.
Ia mengatakan bahwa Rusia kemungkinan besar merencanakan beberapa bentuk serangan dalam beberapa pekan mendatang.
Baca Juga: Rusia Serang Zaporizhzhia 17 Kali dalam Sejam, Infrastruktur Energi Jadi Target
Chernyak juga mengungkapkan bahwa pasukan Putin berusaha menemukan kelemahan dalam pertahanan Ukraina.
“Menurut informasi kami, komando Rusia tak memiliki cukup sumber untuk melakukan aksi penyerangan skala besar,” ujar Chernyak dilansir Newsweek.
“Rusia mengalami kekurangan senjata presisi, dan oleh karena itu akan melanjutkan menggunakan teror rudal melawan warga sipil di Ukraina,” katanya.
Ia juga mengatakan militer Rusia sudah menggunakan lebih dari 80 persen misil berpemandu presisi-nya, yang sulit untuk diganti.
“Mereka mencoba melanjutkan produksi, tapi sejauh ini mereka belum berhasil,” kata Chernyak.
“Sementara informasi tentang serangan berskala besar yang direncakan pada 24 Februari, intelijen militer Ukraina melaporkan Rusia telah melancarkan serangan skala penuh pada 24 Februari tahun lalu, yang sekarang masih berlangsung,” tambahnya.
Baca Juga: Rusia Pede, Sebut Barat Gagal Beri Kekalahan Strategis
Chernyak mengatakan Rusia saat ini tampaknya fokus untuk membuat kemajuan tambahan.
“Tujuan utama Rusia tetap mencapai setidaknya beberapa keberhasilan taktis di Ukraina timur,” ucapnya.
Pernyataan Chernyak membantah sejumlah penilaian publik bahwa Rusia akan melakukan serangan besar-besaran untuk menandai setahun invasi ke Ukraina.
Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov sebelumnya mengatakan Rusia akan menjadikan perayaan satu tahun invasi sebagai simbol untuk memulai serangan besar-besaran.
Sumber : Newsweek
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.