BRUSSELS, KOMPAS.TV - Dengan emosional, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berpidato di depan Uni Eropa, Kamis (9/2/2023). Ia menyatakan, "Ukraina yang menang" perang melawan Rusia harus menjadi anggota Uni Eropa, dengan alasan Uni Eropa tidak akan lengkap tanpa Ukraina.
Melansir Associated Press, Zelenskyy mengajukan permohonannya yang emosional di markas besar Uni Eropa di Brussel saat dia menyelesaikan perjalanan dua hari dalam misi mencari persenjataan baru dari Barat untuk mengusir serangan skala penuh Moskow selama hampir setahun.
Saat dia berbicara, serangan baru Rusia di timur Ukraina sedang berlangsung.
Zelenskyy, yang juga pergi ke Inggris dan Prancis, menerima tepuk tangan meriah dan sorak sorai Parlemen Eropa. Pada pertemuan puncak 27 pemimpin Uni Eropa itu, ia menegaskan dalam pidatonya: perang dengan Rusia adalah demi kebebasan seluruh Eropa.
“Ukraina yang menang akan menjadi anggota Uni Eropa,” kata Zelenskyy, membangun seruannya di sekitar takdir bersama yang dihadapi Ukraina dan blok tersebut dalam menghadapi Rusia.
"Eropa akan selalu, dan tetap menjadi Eropa, selama kita menjaga cara hidup orang Eropa," katanya.
Zelenskyy menambahkan, pembicaraan tentang keanggotaan Ukraina harus dimulai akhir tahun ini. Pembicaraan itu dianggap sebagai permintaan yang ambisius, mengingat tugas besar yang akan datang. Langkah seperti itu akan membantu memotivasi tentara Ukraina dalam membela negara mereka.
Baca Juga: Hapus Semua yang Berbau Rusia, Ukraina Tarik 19 Juta Buku Berbahasa Rusia dari Seluruh Perpustakaan
“Tidak ada garis waktu yang kaku,” kata Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen.
Setelah pidato, Zelenskyy mengibarkan bendera Uni Eropa, lalu seluruh anggota badan legislatif berdiri dalam hening yang muram saat lagu kebangsaan Ukraina dan lagu Eropa "Ode to Joy" dimainkan secara berurutan.
Sebelum pidatonya, Presiden Parlemen Eropa Roberta Metsola mengatakan, sekutu harus mempertimbangkan "dengan cepat, sebagai langkah lanjut, yaitu menyediakan sistem (senjata) jarak jauh" dan jet tempur ke Ukraina.
"Tanggapan terhadap perang Presiden Rusia Vladimir Putin melawan Ukraina harus sebanding dengan ancaman, dan ancaman itu ada," kata Metsola.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.