JAKARTA, KOMPAS.TV – Ekonom senior Faisal Basri menyebut pemerintah sebagai biang keladi atas langkanya minyak goreng di pasaran.
Pernyataan Faisal itu disampaikan dalam dialog Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Senin (6/2/2023).
Menurutnya, dari tahun ke tahun pasokan CPO yang terserap oleh industri pangan semakin menurun.
“Kita lihat pasokan CPO ke industri pangan kian hari kian turun,”ucapnya.
”Tahun 2018, industri pangan, di dalamnya ada minyak goreng, 64,5persen disedot oleh industri pangan, termasuk minyak goreng.”
Baca Juga: Mendag RI Akan Tambah Pasokan Minyak Kita Ke Pasaran
Tapi, pada tahun lalu, industri pangan hanya menyerap 47,4 persen psokan CPO.
Hal itu berbanding terbalik dengan serapan CPO oleh industri biodiesel, yang semakin hari semakin meningkat.
“Jadi CPO ini mengalir deras ke industri biodiesel. Biodiesel tahun 2018 baru menyerap 28,3 persen, tahun lalu 42,2 persen.”
“Ini biang keladinya ya pemerintah menerapkan dua harga untuk CPO. Harga untuk biodiesel itu lebih mahal jauh daripada harga CPO untuk minyak goreng. Jadi biang keladinya siapa? Pemerintah,” tegasnya.
Penyebab lain atas langkanya minyak goreng, menurut Faisal adalah penetapan harga eceran tertinggi Rp14 ribu per liter.
Ia mengutip pernyataan ekonom Milton Friedman yang merupakan pemenang hadiah Nobel, ‘Ekonom itu tidak tahu banyak, tapi sangat paham bagaimana menciptakan kelangkaan’.
“Bagaimana menciptakan kelangkaan? Tetapkan saja harga di bawah ongkos. Bayangkan harga pupuk naik, harga kemasan naik, tapi harga dipanteng pada level Rp14 ribu.”
“Tidak mau dong pengusaha untungnnya sedikit, atau bahkan rugi,” lanjutnya.
Dalam dialog itu, Faisal juga menbgatakan bahwa tidak ada perubahan mendasar di level pabrik minyak goreng.
Jika melihat kejadian beberapa waktu lalu, minyak kemasan langka, karena mereka tidak mau menjual dengan harga yang ditetapkan pemerintah.
“Kala pemerintah membatalkan atau menghilangkan kebijakan itu, tiba-tiba minyaknya ada lagi kan di gerai-gerai, sehingga ini bisa diduga pedagang yang punya stoknya.”
Baca Juga: Minyak Curah Langka di Pasaran Makassar.
“Kalau di level pabrik memang tidak ada perubahan yang mendasar. Jadi, memang di level pedagang, karena kebijakannya carut marut,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.