JAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam acara Malam Anugerah Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU), Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memberikan penghargaan kepada individu dan lembaga atas kontribusinya terhadap NU, umat, dan bangsa.
Berikut daftar penerima penghargaan Anugerah Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di Teater Tanah Airku, Taman Indonesia Indah (TMII) pada Selasa (31/1/2023) lalu dan ditayangkan di Kompas TV, Jumat (3/2/2023) hari ini.
Ada tiga kategori penghargaan yang diberikan, yakni internasional, nasional, dan internal NU.
Untuk internal NU, penghargaan terbagi ke dalam tiga bagian, yakni (1) Pengabdi Sepanjang Hayat, (2) Pondok Pesantren Berusia Lebih 1 Abad, dan (3) Tokoh Pejuang NU.
Untuk bagian ketiga dari Tokoh Pejuang NU dibagi lagi menjadi (1) Penanda tangan Naskah Pendirian NU, (2) Rais ‘Aam PBNU sepanjang zaman, dan (3) Ketua Umum Tanfidziyah PBNU sepanjang zaman.
Dari kategori internasional, Universitas al-Azhar Kairo (Mesir) menjadi salah satu badan yang menerima penghargaan dari PBNU.
Sementara untuk kategori nasional, dua mantan Presiden Republik Indonesia yakni Ir. Soekarno (Tokoh Bangsa) dan KH. Abdurrahman Wahid (Tokoh Kebudayaan) juga turut menerima penghargaan.
Baca Juga: Satu Abad NU: Mendigdayakan Nahdlatul Ulama, Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru NU!
Untuk lebih lengkapnya, berikut daftar penerima penghargaan 1 Abad NU:
Kategori Internasional
-
Universitas al-Azhar Kairo (Mesir)
-
Dzurriyah Sayyid Abbas bin Abdul Azis (Sayyid Alawi bin Abbas Al Maliki; Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki; dan Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alwi al-Malik (Saudi Arabia)
-
Syaikh Yasin al-Fadani (Saudi Arabia)
-
Martin van Bruinessen (Belanda)
Kategori Nasional
-
Ir. Soekarno (Tokoh Bangsa)
-
KH. Wahid Hasyim (Tokoh Pendidikan)
-
KH. Abdurrahman Wahid (Tokoh Kebudayaan)
-
Usmar Ismail (Tokoh Film dan Sastra)
Kategori Internal NU
Pengabdi Sepanjang Hayat
-
KH. Ali Yafie (Sulsel)
-
TGH. Turmudzi Badarudin (NTB)
-
Nyai Mahfudhoh Ali Ubaid (Jombang)
-
TGH. Tabrani Basri (Kalsel)
Pondok Pesantren
-
Pondok Pesantren Al-Kahfi Somolangu, Kebumen (1475)
-
Dayah Ma'hadul Ulum Diniyyah (Mudi) Mesra, Birieun Aceh (abad 17-an)
-
Pondok Pesantren Mojosari, Loceret, Nganjuk (1710)
-
Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan (1710)
-
Pondok Pesantren Babakan, Cirebon (1715)
-
Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan (1718)
-
Pondok Pesantren Jamsaren, Solo (1750)
-
Pondok Pesantren Buntet, Cirebon (1750)
-
Pondok Pesantren Qomaruddin, Bungah, Gresik (1753)
-
Pondok Pesantren Miftahul Huda, Gading, Malang (1768)
-
Pondok Pesantren Balerante, Cirebon (1779)
-
Pondok Pesantren Miftahul Falah Bungkuk, Singosari, Malang (1785)
-
Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah, Siwalan Panji, Sidoarjo (1787)
-
Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan (1779)
-
Pondok Pesantren Hidayatut Thullab, Durenan, Trenggalek (1790)
-
Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon (1800-an)
-
Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang (1825)
-
Pondok Pesantren Watucongol, Magelang, (1830)
-
Pondok Pesantren Tremas, Pacitan (1830)
-
Pondok Pesantren Al-Asy’ariyah, Kalibeber, Wonosobo (1832)
-
Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo (1839)
-
Pondok Pesantren Al-Hikamus Salafiyah, Cipulus, Purwakarta (1840)
-
Pondok Pesantren Al-Fauzan, Garut (1850)
-
Pondok Pesantren Langitan, Tuban (1852)
-
Pondok Pesantren al-Ittihad Poncol, Semarang (1893)
-
Pondok Pesantren MIS (Ma’hadul Ilmi Asy-Syar’i), Sarang, Rembang (1859)
-
Pondok Pesantren Syaikhona Kholil, Bangkalan (1861)
-
Pondok Pesantren Giri Kusumo, Mranggen, Demak (1868)
-
Pondok Pesantren Arriyadl, Ringinagung, Pare, Kediri (1870)
-
Pondok Pesantren Tarbiyatun Nasyiin, Pacul Gowang (1880)
-
Pondok Pesantren Besuk Kejayan Pasuruan (1881)
-
Pondok Pesantren Sukamiskin, Bandung (1881)
-
Pondok Pesantren Al-Ashriyah, Genteng, Banyuwangi (1882)
-
Pondok Pesantren Roudatul Mubtadi’in, Balekambang, Jepara (1884)
-
Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan, Jombang (1885)
-
Pondok Pesantren Al-Ihsan, Jampes, Kediri (1886)
-
Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep (1887)
-
Pondok Pesantren Darul Hikam, Bendo, Pare, Kediri (1889)
-
Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Lamongan (1898)
-
Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang (1899)
-
Pondok Pesantren Gedongsari, Nganjuk (1901)
-
Pondok Pesantren Al-Falak Pagentongan, Bogor (1901)
-
Pondok Pesantren Al-Fatah, Banjarnegara (1901)
-
Pondok Pesantren Futuhiyah, Mranggen, Demak (1905)
-
Pondok Pesantren Mathaliul Huda Pati (1905)
-
Pondok Pesantren Kempek, Cirebon (1908)
-
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo (1908)
-
Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati (1910)
-
Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri (1910)
-
Pondok Pesantren Al-Hikmah, Benda, Brebes (1911)
-
Pondok Pesantren Al-Munawwir, Yogyakarta (1911)
-
Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Jember (1912)
-
Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah, Tegal (1913)
-
Pondok Pesantren Darussalam Martapura Kalsel (1914)
-
Pesantren Islam As Shiddiqi, Jember (1915)
-
Pondok Pesantren al-Hidayah Lasem Rembang (1916)
-
Pondok Pesantren Matla’ul Anwar Linahdhatil Ulama (MALNU) Pandeglang (1916)
-
Pondok Pesantren Denanyar, Jombang (1917)
-
Pondok Pesantren al-Qaumaniyah, Bareng, Kudus (1918)
-
Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Winong, Cirebon (1918)
-
Pondok Pesantren Apik, Kauman Kaliwungu, (1919)
-
Pondok Pesantren Al-Masturiyah, Sukabumi (1920)
-
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyyah, Seblak Jombang (1921)
-
Pondok Pesantren Baitul Arqom Ciparay, Bandung (1922)
-
Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah, Kalsel (1922)
-
Pondok Pesantren Mustofawiyah, Mandailing Natal, Sumut (1925)
-
Pondok Pesantren Ihya Ulumaddin, Cilacap (1925)
-
Pondok Pesantren Ploso, Kediri (1925)
Baca Juga: Deretan Pahlawan Nasional dari Nahdlatul Ulama | SINAU
Tokoh Pejuang NU
I. Penandatangan Naskah Pendirian NU
-
KH. Hasyim Asy’ari (Jombang)
-
KH. Wahab Hasbullah (Jombang)
-
KH. Bisri Syansuri (Jombang)
-
KH. Raden Asnawi (Kudus)
-
KH. Nawawi (Pasuruan)
-
KH. Ridwan Mujahid (Semarang)
-
KH. Maksum Ahmad (Rembang)
-
KH. Nahrawi Thahir (Malang)
-
H. Ndoro Muntaha (Bangkalan)
-
KH. Abdul Hamid Faqih (Gresik)
-
KH. Abdul Halim (Cirebon)
-
KH. Ridwan Abdullah (Surabaya)
-
KH. Mas Alwi bin Abdul Azis (Surabaya)
-
KH. Abdullah Ubaid (Surabaya)
-
Syekh Ahmad Ghanaim al-Misri (Surabaya)
-
KH. Dahlan Ahyad (Surabaya)
-
KH. Khalil Masyhuri (Rembang)
-
KH. Muhammad Zubair (Gresik)
-
KH. Faqih Mas Kumambang (Gresik)
-
KH. Muhammad Ma’ruf (Kediri)
-
H. Hasan Gipo (Surabaya)
-
KH. Syamsul Arifin (Situbondo)
-
KH. Raden Hambali (Kudus)
-
KH. Muhammad Hasan (Probolinggo)
-
KH. Shaleh Lateng (Banyuwangi)
II. Rais 'Aam
-
Hadaratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari (1926-1947)
-
KH. Wahab Hasbullah (1947-1971)
-
KH. Bisri Syansuri (1971-1980)
-
KH. Ali Ma’shum (1981-1984)
-
KH. Achmad Siddiq (1984-1991)
-
KH. Ali Yafie (1991-1992)
-
KH. Ilyas Ruchiyat (1992-1999)
-
KH. M. A Sahal Mahfudh (1999-2014)
-
KH. Ahmad Mustofa Bisri (2014-2015)
-
KH. Ma’ruf Amin (2015-2018)
III. Ketua Umum Tanfidziyah
-
H. Hasan Gipo (1926-1929)
-
KH. Ahmad Noor (1929-1937)
-
KH. Mahfud Siddiq (1937-1944)
-
KH. Nahrawi Tahir (1944-1951)
-
KH. Abdul Wahid Hasyim (1951-1954)
-
KH. Muhammad Dahlan (1954-1956)
-
KH. Idham Chalid (1956 -1984)
-
KH. Abdurrahman Wahid (1984-1999)
-
KH. Hasyim Muzadi (1999-2010)
-
KH. Said Aqil Siroj (2010-2021)