BUTALEJA, KOMPAS.TV - Pepatah kuno Afrika mengatakan "dibutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak", tetapi dalam kasus Musa Hasahya Kasera, lelaki gaek Uganda ini menghasilkan sebuah keluarga yang cukup besar untuk membentuk kampung sendiri, dan dia kini keteteran menghidupi keluarganya. Luar biasa.
Musa Hasahya Kasera, 68 tahun, punya begitu banyak anak. Dia tidak dapat mengingat sebagian besar nama mereka, sehingga harus mencatat nama-nama mereka secara khusus.
Penduduk desa di Uganda itu berjuang untuk menafkahi keluarga besarnya yang katanya termasuk 12 istri, 102 anak dan 578 cucu. Namun sekarang, dia merasa kewalahan, mengekspresikan ketidakmampuannya seperti laporan Radio France International, Kamis (2/2/2023).
"Awalnya hanya lelucon, tapi sekarang ada masalah," kata pria itu seperti dikutip RFI di wismanya di Desa Bugisa di Distrik Butaleja, daerah pedesaan terpencil di timur Uganda.
"Dengan kesehatan saya yang menurun dan hanya dua hektar tanah untuk keluarga sebesar ini, dua istri saya pergi karena saya tidak mampu membeli kebutuhan dasar seperti makanan, pendidikan, pakaian," aku Musa Hasahya.
Hasahya yang saat ini menganggur tetapi menjadi daya tarik wisata di desanya, mengatakan istri-istrinya sekarang menggunakan alat kontrasepsi untuk menghentikan perluasan keluarga lebih lanjut.
"Istri saya menggunakan kontrasepsi, tetapi saya tidak. Saya tidak berharap memiliki anak lagi karena saya belajar dari tindakan saya yang tidak bertanggung jawab menghasilkan begitu banyak anak sehingga saya tidak dapat merawat mereka."
Anak-anak Hasahya sebagian besar tinggal di sebuah rumah yang bobrok dengan cepat, atap seng bergelombangnya berkarat, atau di sekitar dua lusin gubuk lumpur jerami di dekatnya.
Dia menikahi istri pertamanya tahun 1972 dalam sebuah upacara adat ketika mereka berdua berusia sekitar 17 tahun dan anak pertamanya Sandra Nabwire lahir setahun kemudian.
"Karena kami lahir hanya kami berdua, saya disarankan oleh saudara laki-laki, kerabat, dan teman saya untuk menikah dengan banyak istri untuk menghasilkan banyak anak untuk memperluas warisan keluarga kami," kata Hasahya.
Baca Juga: Menang Lotre Rp479 M dan Tak Ingin Anak-Istrinya Tahu, Pria Ini Ambil Hadiah dengan Menyamar
Tertarik dengan statusnya sebagai pedagang ternak dan tukang jagal, Hasahya mengatakan penduduk desa akan menawarkan putri mereka untuk menikah, bahkan beberapa di bawah usia 18 tahun.
Pernikahan anak dilarang di Uganda pada tahun 1995, sedangkan poligami diperbolehkan di negara Afrika Timur itu menurut tradisi agama tertentu.
Usia 102 anak Hasahya berkisar antara 10 hingga 50 tahun, sedangkan istri paling muda berusia sekitar 35 tahun.
“Tantangannya adalah saya hanya dapat mengingat nama anak pertama dan terakhir saya, tetapi beberapa anak saya tidak dapat mengingat nama mereka,” katanya sambil mengobrak-abrik tumpukan buku catatan tua dengan tatap nanar untuk mencari detail tentang kelahiran mereka.
Sumber : Kompas TV/Radio France International
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.