PALEMBANG, KOMPAS.TV - Era reformasi sudah hampir 25 tahun berlalu. Meski begitu, nilai-nilai perjuangan reformasi tetap perlu dipertahankan ke generasi sekarang. Untuk itu, ratusan mahasiswa Universitas IBA Palembang mengikuti Kuliah Umum dan Bedah Buku Aldera, Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 di Universitas IBA Palembang, Jumat (27/1/2023) siang. Acara ini digagas Pius Lustrilanang, serta dihadiri Rektor Universitas IBA Tarech Rasyid, dosen dan ratusan mahasiswa.
Buku Aldera, memaparkan proses perjuangan reformasi yang dimotori mahasiswa menjelang dan saat kejatuhan rezim soeharto. Aldera jadi salah satu organisasi pergerakan yang memperjuangkan penegakan demokrasi. Dengan idealisme dan militansi anggotanya, Aldera membangun jaringan perlawanan bersama kelompok masyarakat sipil lainnya.
Pius Lustrilanang yang dulu menjabat Sekjen Aldera mengungkapkan, para pemuda dapat menarik pelajaran dari perjuangan mahasiswa terdahulu, bahwa mereka bertanggungjawab terhadap keberlangsungan demokrasi di Indonesia.
“Intisari buku itu kan, tentang kegigihan anak-anak muda pada zaman itu yang punya idealisme, militansi, dan punya keinginan berkolaborasi sehingga membangun jaringan perlawanan antara mahasiswa, LSM, partai politik, dan semua kalangan oposisi. Yang bekerja selama kurang lebih 20 tahun sebelum akhirnya bisa menggulirkan reformasi," ungkap Pius Lustrilanang, yang kini menjabat Anggota VI BPK RI.
Sementara Rektor Universitas IBA, Dr. Tarech Rasyid berharap, kegiatan ini bisa menginspirasi anak muda untuk ikut memperjuangkan keadilan sosial di tengah ancaman terhadap prinsip demokrasi.
“Teman-teman yang memperjuangkan nilai-nilai demokrasi tentu saja akan melihat bagaimana Republik Indonesia ke depan. Saya kira dari diskusi kita tadi tentu saja teman-teman mahasiswa, anak-anak muda, terinspirasi bagaimana meluruskan jalannya republik ini menjadi cita-cita berbangsa yang berkeadilan sosial," ungkap Tarech.
Marlin Dinamikanto yang menyunting buku Aldera, berharap pembaca dapat tergugah akan kondisi bangsa dan bisa mengambil pelajaran dari masa lalu untuk kebaikan masa depan. “Supaya keburukan masa lalu tidak berulang di masa depan, preseden-preseden termasuk rezim otoritarianisme itu tidak boleh berulang. Dan itu akan selalu relevan. Pesan moral buku itu sendiri ialah meneropong masa lalu, untuk kebaikan masa depan,” ujar Marlin.
Meski zaman sudah berubah dengan tantangan yang berbeda, sikap kritis kaum muda untuk menegakkan nilai demokrasi harus terus dipelihara.
Sumber : Kompas TV Palembang
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.