BRASILIA, KOMPAS.TV - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva berjanji akan melakukan tindakan segera terhadap institusi keamanan Brasil sehubungan peristiwa penyerbuan istana kepresidenan Brasil oleh pendukung mantan presiden, Jair Bolsonaro. Loyalis pro-Bolsonaro di institusi keamanan diduga melakukan pembiaran dalam peristiwa ini.
Melansir The Guardian, Senin (9/1/2023), Lula menyebut institusi penegak hukum menunjukkan "inkompetensi, itikad buruk, atau maksud jahat" dalam peristiwa ini. Politikus Partai Buruh Brasil itu pun menjanjikan tindakan tegas dan segera.
Ketika massa pendukung Bolsonaro menyerbu tiga gedung pemerintahan, termasuk istana presiden dan gedung mahkamah agung, Minggu (8/1) lalu, polisi militer Brasilia dinilai tak berbuat banyak dan dicurigai membiarkan penyerbuan terjadi.
Baca Juga: 200 Perusuh Pendukung Bolsonaro Ditangkap, Ada yang Rampas Senjata di Istana Presiden
Jaksa Agung Brasil Alexandre de Moraes pun telah melakukan tindakan segera dengan memerintahkan skorsing gubernur distrik federal Brasilia, Ibaneis Rocha selama 90 hari. Gubernur pro-Bolsonaro itu dianggap gagal mencegah penyerbuan.
De Moraes menyatakan bahwa mustahil penyerbuan terjadi tanpa "persetujuan diam-diam atau bahkan keterlibatan langsung" institusi keamanan dan otoritas intelijen.
Kemarin, massa pendukung Bolsonaro menyerbu kompleks istana presiden di Brasilia usai menggelar longmars delapan kilometer dari markas militer. Massa merangsek masuk bangunan dan melakukan vandalisme, memecahkan jendela, dan menimbulkan kebakaran kecil di dalam gedung.
Menanggapi insiden ini, Lula memerintahkan intervensi federal dengan mengalihkan tanggung jawab keamanan Brasilia ke pemerintah pusat. Polisi kemudian mengambilalih kompleks istana dan menangkap 300 orang.
Sebagian kalangan pun segera membandingkan penyerbuan istana Brasilia dengan penyerbuan Capitol di Amerika Serikat (AS) oleh pendukung Donald Trump. Bolsonaro sendiri dikenal sebagai sekutu Trump di panggung politik internasional.
Sebelumnya, pengamat politik telah memperingatkan bahwa simpatisan Bolsonaro akan melakukan penyerbuan sebagaimana penyerbuan Capitol pada awal 2021 lalu. Bolsonaro pun berulangkali melontarkan retorika yang menyerang sistem elektoral Brasil dan perlunya militer kembali ke kekuasaan.
Baca Juga: Tak Puas dengan Hasil Pilpres, Ribuan Massa Rusak Istana Presiden hingga Mahkamah Agung di Brasil
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.