ST. LOUIS, KOMPAS.TV - Jika Gubernur Missouri Mike Parson tidak memberikan grasi, maka Amber McLaughlin, 49, akan menjadi wanita transgender pertama yang dieksekusi mati di Amerika Serikat (AS). Dia dijadwalkan akan disuntik mati pada Selasa (3/1/2023) karena membunuh mantan pacarnya pada tahun 2003.
Pengacara McLaughlin, Larry Komp, mengatakan permintaan grasi berfokus pada beberapa masalah, termasuk masa kecil McLaughlin yang traumatis dan masalah kesehatan mental, yang tidak pernah didengar juri dalam persidangannya.
Menurutnya, seorang orang tua asuh pernah menggosokkan kotoran ke wajahnya ketika dia masih balita dan ayah angkatnya pernah menggunakan pistol setrum padanya. Dalam permohonan grasi, dikatakan dia menderita depresi dan mencoba bunuh diri sebanyak beberapa kali.
Petisi tersebut juga mencakup laporan yang mengutip diagnosis gender dysphoria, suatu kondisi yang menyebabkan penderitaan dan gejala lain sebagai akibat dari perbedaan antara identitas gender seseorang dan jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir.
Baca Juga: Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Cari Seribu Satu Cara Lepas dari Hukuman Mati!
"Kami pikir Amber telah menunjukkan keberanian yang luar biasa karena saya dapat memberi tahu Anda bahwa ada banyak kebencian terkait masalah itu," kata pengacaranya, Larry Komp, Senin (2/1/2022). Tapi, katanya, identitas seksual McLaughlin bukan fokus utama dari permintaan grasi.
Juru bicara Parson, Kelli Jones, mengatakan proses peninjauan permohonan grasi masih berlangsung.
Sebelumnya belum pernah ada kasus narapidana transgender yang dieksekusi di AS, menurut Pusat Informasi Hukuman Mati anti-eksekusi. Seorang teman di penjara mengatakan dia melihat kepribadian McLaughlin berkembang selama transisi gendernya.
Sebelum transisi, McLaughlin menjalin hubungan dengan kekasihnya Beverly Guenther. McLaughlin sering terlihat di kantor tempat Guenther bekerja, dan terkadang dia bersembunyi di dalam gedung, menurut catatan pengadilan.
Kemudian pada November 2003 malam, tetangga Guenther menelepon polisi ketika dia tidak terlihat pulang ke rumah.
Polisi kemudian pergi ke kantornya, di mana mereka menemukan sebuah pegangan pisau patah di dekat mobil Guenther dan jejak darah. Sehari kemudian, McLaughlin menunjukkan polisi tempat jenazah Gienther dibuang, yaitu di dekat Sungai Mississippi di St. Louis.
McLaughlin dihukum karena pembunuhan tingkat pertama pada tahun 2006. Seorang hakim menghukum mati McLaughlin setelah juri menemui jalan buntu pada hukuman tersebut. Pengadilan pada tahun 2016 memerintahkan sidang hukuman baru, tetapi panel pengadilan banding federal mengembalikan hukuman mati pada tahun 2021.
Satu orang yang mengenal Amber sebelum dia bertransisi adalah Jessica Hicklin, 43, yang menghabiskan 26 tahun di penjara karena pembunuhan terkait narkoba di Missouri barat pada tahun 1995.
Hicklin, 43, mulai bertransisi saat di penjara dan pada tahun 2016 menggugat Departemen Pemasyarakatan Missouri, menantang kebijakan yang melarang terapi hormon untuk narapidana yang tidak menerimanya sebelum dipenjara. Dia memenangkan gugatan pada tahun 2018 dan menjadi mentor bagi narapidana transgender lainnya, termasuk McLaughlin.
Meski dipenjara bersama selama sekitar satu dekade, Hicklin mengatakan McLaughlin sangat pemalu sehingga jarang berinteraksi dengan narapidana lain. Tetapi ketika McLaughlin mulai bertransisi sekitar tiga tahun lalu, dia meminta bimbingan Hicklin tentang masalah-masalah seperti konseling kesehatan mental dan mendapatkan bantuan untuk memastikan keselamatannya di dalam penjara dengan keamanan maksimum yang didominasi laki-laki.
Baca Juga: Ahli Pidana Sebut Berbagai Alasan Hukuman Mati Masih Berlaku di Indonesia
“Selalu ada dokumen dan birokrasi, jadi saya menghabiskan waktu membantunya belajar mengajukan hal yang benar dan berbicara dengan orang yang tepat,” kata Hicklin.
Dalam prosesnya ini, mereka kemudian menjadi sahabat.
“Kami akan bertemu seminggu sekali dan melakukan apa yang saya sebut sebagai pembicaraan perempuan,” kata Hicklin. "Dia selalu memiliki senyum dan lelucon bapak-bapak. Jika kamu pernah berbicara dengannya, dia akan selalu melontarkan lelucon bapak-bapak," ujarnya.
Mereka juga membahas tantangan yang dihadapi narapidana transgender di penjara laki-laki, seperti bagaimana cara mendapatkan barang feminin, bagaimana cara menghadapi komentar kasar, dan tetap aman.
McLaughlin masih merasa tidak aman, terutama tentang kesejahteraannya, kata Hicklin. “Jelas dia adalah orang yang rentan,” kata Hicklin. “Dia pasti takut diserang atau menjadi korban, yang umum terjadi pada seorang transgender di Departemen Pemasyarakatan.”
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.