BEIJING, KOMPAS.TV - Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat (AS) mengaku salah satu pilotnya hampir ditabrak jet tempur China ketika tengah mengudara di Laut China Selatan. Insiden berbahaya itu membuat pilot AS terpaksa bermanuver untuk menghindari tabrakan.
Seperti dilansir Associated Press, Komando Indo-Pasifik AS menyebut insiden ini terjadi pada 21 Desember silam.
Pihak AS menuduh jet tempur China mengawali insiden ini dengan melakukan manuver berbahaya di dekat pesawat pengintai AS.
Jet tempur J-11 Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China dilaporkan terbang mendekat hingga berjarak hanya enam meter dari hidung pesawat pengintai RC-135 Angkatan Udara AS.
Baca Juga: Soal Pengawasan Penerbangan dari China, Kemlu RI: Tunggu Kajian Kemenkes
Komando AS menyebut salah satu pilotnya terpaksa "melakukan manuver penghindaran untuk mengelakkan tabrakan."
AS sendiri menyebut pesawat pengintainya itu mengudara di Laut China Selatan secara legal.
"(Pesawat AS) melakukan operasi rutin di wilayah udara internasional di atas Laut China Selatan," demikian bunyi pernyataan Komando Indo-Pasifik AS.
China mengeklaim keseluruhan Laut China Selatan sebagai wilayahnya, termasuk perairan di utara Natuna, Indonesia.
Militer China pun dilaporkan kerap mengintimidasi pesawat-pesawat militer dari AS atau sekutunya di Laut China Selatan.
Sementara itu, AS mengeklaim berhak beroperasi di Laut China Selatan sesuai hukum internasional.
Washington mengabaikan tuntutan Beijing yang memintanya menyingkirkan aset-aset militer dari Laut China Selatan.
Pada 2001 silam, manuver berbahaya pesawat tempur China menimbulkan insiden tabrakan yang menewaskan satu pilot China.
"Pasukan Gabungan Indo-Pasifik AS mengamanatkan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka dan akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di laut dan wilayah udara dengan mempertimbangkan keamanan semua kapal dan pesawat di bawah hukum internasional," tulis pernyataan AS.
"Kami berharap semua negara di kawasan Indo-Pasifik menggunakan wilayah udara internasional secara bertanggung jawab dan sesuai hukum internasional," lanjut pernyataan tersebut.
Pihak PLA sendiri urung berkomentar mengenai insiden hampir tabrakan itu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, juga enggan berbicara detail dan sekadar menuduh AS menghadirkan ancaman terhadap China.
"China akan terus menempuh langkah yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanan secara tegas dan bekerja sama dengan negara-negara di kawasan untuk mempertahankan kedamaian dan stabilitas di Laut China Selatan," kata Wang di Beijing, Jumat (30/12/2022).
Baca Juga: KSAL Muhammad Ali: Penegakan Hukum Tak Hanya di Laut China Selatan, tapi Seluruh Perbatasan
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.