ISTANBUL, KOMPAS.TV - Dunia termasuk Arab Saudi dan Qatar, Rabu (21/12/2022), mengungkapkan kekecewaan dan kemarahan terkait larangan berkuliah bagi perempuan Afghanistan yang dikeluarkan Taliban yang kini menguasai negara itu.
Pada Selasa (20/12), Kementerian Pendidikan Tinggi Taliban mengumumkan keputusan larangan berkuliah bagi perempuan. Keputusan itu segera berlaku sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
Lewat pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi seperti dilaporkan Arab News, Rabu, mengaku "terkejut dan menyesalkan keputusan pemerintah sementara Afghanistan yang menolak hak perempuan Afghanistan untuk mengenyam pendidikan di universitas."
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arab Saudi menyatakan akan terus mendesak Taliban agar "membatalkan" larangan tersebut.
Sementara itu, Kemenlu Qatar menyampaikan "keprihatinan dan kekecewaan mendalam" atas larangan tersebut.
Qatar, yang memainkan peran kunci dalam memfasilitasi pembicaraan antara Barat dan Taliban, mengatakan setiap orang berhak mendapat hak atas pendidikan dan mendesak penguasa Afghanistan untuk meninjau kembali keputusan tersebut “sejalan dengan ajaran agama Islam.”
Lewat sebuah pernyataan, Kemenlu Qatar meminta pemerintah Taliban "untuk meninjau ulang keputusan mereka sejalan dengan ajaran agama Islam mengenai hak-hak kaum perempuan."
Baca Juga: Perempuan Afghanistan Turun ke Jalan Memprotes Taliban yang Melarang Perempuan Sekolah Universitas
Larangan Taliban itu menuai kecaman luas di seluruh dunia, terutama dari Perserikatan Bangsa-Bangsan (PBB), pemerintah Amerika Serikat, Turki, dan sejumlah negara lainnya.
Kemenlu Arab Saudi menegaskan keputusan Taliban itu menyangkal hak hukum penuh perempuan Afghanistan dan hak atas pendidikan, yang berkontribusi untuk mendukung keamanan, stabilitas, pembangunan, dan kemakmuran di Afghanistan.
Kepemimpinan Taliban mengumumkan pembatasan terbaru tentang hak-hak perempuan dan anak perempuan dalam pernyataan singkat pada Selasa malam.
“Anda semua diberi tahu untuk segera menerapkan perintah penangguhan pendidikan perempuan sampai pemberitahuan lebih lanjut,” kata Neda Mohammad Nadeem, menteri pendidikan tinggi Taliban.
Pengumuman tersebut hanyalah yang terbaru dari serangkaian pembatasan yang semakin ketat terhadap kebebasan perempuan Afghanistan, yang sekarang mencakup kewajiban menutup wajah dan larangan bepergian tanpa pendamping laki-laki.
Pemerintah dan otoritas agama dengan cepat mengecam larangan tersebut. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengatakan kebijakan Taliban “secara serius merusak kredibilitas pemerintah.”
Baca Juga: Mahasiswa Perempuan Afghanistan Merana Dilarang Belajar oleh Taliban: Hidup bak Burung dalam Sangkar
Sumber : Kompas TV/Arab News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.