JAKARTA, KOMPAS TV - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menetapkan nomor urut 17 partai politik (parpol) dan enam partai lokal Aceh peserta Pemilu 2024.
Sebanyak delapan partai politik di parlemen memilih menggunakan nomor urut lama mereka pada Pemilu 2019 lalu.
Sedangkan sembilan parpol mendapatkan nomor urut baru lewat pengundian nomor urut parpol peserta pemilu yang digelar KPU, Rabu (14/12/2022).
Salah satu partai yang memilih nomor urut lama yakni Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dalam Pemilu 2024 mendatang, Partai Gerindra tetap memakai nomor 2.
Baca Juga: Partai Gerindra dan PKB Tanda Tangani Koalisi Pemilu 2024
Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyatakan nomor urut 2 dalam pemilu 2019 memiliki arti tersendiri.
Pertama, nomor tersebut sudah melekat di masyarakat sehingga tidak sulit lagi bagi partai untuk melakukan sosialisasi.
Kedua, partai tidak repot lagi untuk membuat atribut kampanye atau sosialisasi, lantaran sudah dimiliki pada Pemilu 2019 lalu.
Lalu, nomor 2 memiliki arti victory atau kemenangan, yang diharapkan bisa membawa Gerindra memenangi Pemilu di tahun 2024.
"Nomor 2 artinya victory atau kemenangan dan kami berharap kemenangan ini bukan cuma kemenangan Gerindra, tapi buat alam demokrasi kita yang harus kita jaga baik-baik," ujar Dasco saat menyampaikan sambutan dalam acara undian nomor urut partai di Gedung KPU, Menteng, Jakarta, Rabu (14/12/2022) malam.
Lantas, bagaimana sejarah berdirinya Partai Gerindra dan rekam jejaknya selama mengikuti pemilu di Indonesia?
Dilansir dari laman partaigerindra.or.id, parpol yang dideklarasikan pada 6 Februari 2008 silam itu berdiri setelah Fadli Zon, Ahmad Muzani, M. Asrian Mirza, Amran Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi, Haris Bobihoe, Sufmi Dasco Ahmad, Muchdi Pr, Widjono Hardjanto dan Prof Suhardi duduk bersama pada Desember 2007.
Mereka membicarakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai yang akan dibentuk tersebut.
Pembahasan itu berlangsung di markas Institute for Policy Studies (IPS) di Bendungan Hilir, Jakarta. Fadli Zon kala itu menjadi direktur eksekutif IPS.
“Pembahasan dilakukan siang dan malam,” kenang Fadli.
Kisah Gerindra dan Kepala Garuda
Sebelum nama Gerindra muncul, para pendiri parpol seperti Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, Fadli Zon dan Muchdi Pr, berembuk untuk memikirkan nama yang tepat.
Ketika itu di Bangkok, Thailand, mereka berkumpul untuk acara Sea Games Desember 2007, demi mendukung tim indonesia, terutama tim polo dan pencak silat yang berhasil lolos untuk dipertandingkan di sana.
Nama partai harus memperlihatkan karakter dan ideologi yang nasionalis dan kerakyatan, sebagaimana manifesto Gerindra. Tersebutlah nama Partai Indonesia Raya.
Nama yang sebenarnya tepat, namun sayang pernah digunakan di masa lalu, yakni PIR (Partai Indonesia Raya) dan Parindra.
“Kalau begitu pakai kata Gerakan, jadi Gerakan Indonesia Raya,” ucap Hashim penuh semangat, saat itu.
Peserta rapat pun kemudian menyetujuinya. Selain gampang diucapkan, juga mudah diingat: Gerindra, begitu bila disingkat.
Nah, setelah persoalan nama selesai, tinggal soal lambang. Lambang apa yang layak digunakan?
Muncul ide untuk menggunakan burung garuda. Namun, ini lambang yang sudah banyak digunakan partai lain.
Apalagi simbol Pancasila yang tergantung di dada garuda, mulai dari bintang, padi kapas, rantai, sampai kepala banteng dan pohon beringin, sudah digunakan oleh partai yang ada sekarang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.