JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan hasil analisis zona patahan aktif usai gempa magnitudo 5,6 di Cianjur.
Zona patahan aktif tersebut diidentifikasi untuk menentukan wilayah rekonstruksi. Nantinya, wilayah yang termasuk dalam zona patahan aktif harus dikosongkan.
“Kenapa zona patahan ini penting? Karena untuk rekonstruksi atau pembangunan kembali, zona patahan itu harus dikosongkan. Jadi kalau membangun kembali, belum tahu patahannya ada di mana, dikhawatirkan zona yang patah atau bergeser, akan dibangun lagi, dan kurang lebih 20 tahun kemudian akan runtuh lagi,” ungkap Dwikorita dalam konferensi pers, Kamis (8/12/2022).
Baca Juga: BMKG Pastikan Gempa Sukabumi M 5,8 Tak Berpotensi Tsunami, Ini Daftar Wilayah yang Terasa Getarannya
Penetapan zona patahan ini merupakan proses yang sangat vital sebelum pihak pemerintah melakukan pembangunan kembali rumah-rumah warga yang rusak berat akibat gempa.
Saat ini, terdapat 295 zona patahan aktif yang ada di Indonesia. Zona patahan aktif di Cianjur, khususnya di wilayah Cugenang, merupakan zona yang baru muncul usai gempa pada 21 November 2022 lalu.
“Patahannya merupakan patahan aktif yang baru teridentifikasi. Jadi, di Indonesia ini sudah teridentifikasi 295 patahan aktif, namun patahan Cugenang ini belum termasuk yang teridentifikasi,” jelasnya.
Dalam menentukan zona patahan tersebut, Dwikorita menjelaskan sejumlah hal yang menjadi dasar pertimbangan ilmiah.
Baca Juga: Ini Penyebab Gempa Jember Menurut BMKG, Jenisnya Patut Diwaspadai
Dasar yang pertama adalah focal mechanism atau mekanisme sumber gempa bumi dan sebaran gempa-gempa susulan yang direkam oleh sensor BMKG. Dwikorita mengatakan bahwa hingga saat ini, lebih dari 400 gempa susulan terjadi usai gempa utama dengan magnitudo 5,6.
Berdasarkan perhitungan focal mechanism yang dilakukan, diketahui patahan aktif tersebut mengarah ke barat laut.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.