JAKARTA, KOMPAS.TV - Belakangan, ramai diberitakan negara-negara Asia Timur yakni China, Jepang, dan Korea Selatan, sedang dilanda resesi seks.
Resesi seks adalah istilah yang menggambarkan turunnya minat masyarakat untuk memiliki anak, sehingga membuat angka kelahiran menurun.
Resesi seks juga membuat profil demografi semakin menua, yang dalam jangka panjang bisa membahayakan kondisi ekonomi negara tersebut karena sedikitnya angkatan kerja dan penduduk usia produktif.
Ternyata, Indonesia juga berpotensi mengalami hal itu. Meskipun saat ini angka kelahiran di Indonesia masih tinggi dan pada 2045 negara ini akan menikmati bonus demografi. Di mana jumlah penduduk berusia produktif jauh lebih banyak dibanding usia tidak produktif.
Tapi pada satu titik, resesi seks bisa juga terjadi di RI. Setidaknya hal itu terlihat dari usia pernikahan penduduk Indonesia yang semakin meningkat.
Simpelnya, kalau dulu mayoritas pernikahan terjadi pada pasangan usia muda, kini trennya banyak pasangan yang menunda pernikahan.
"Potensi itu ada, ada ya, tapi sangat panjang, karena kan gini usia pernikahan semakin lama kan semakin meningkat. (Ini bicara ) pernikahan loh bukan seks," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo kepada wartawan di Hotel Shangri La, Jakarta, Selasa (6/12/2022).
Baca Juga: Tiga Juta Rumah Tangga Indonesia Bercerai, BKKBN Ungkap Sebab, dari Cemburu hingga Orang Ketiga
"Usia pernikahan itu mundur, karena semakin menempuh studi, karier dan sebagainya," tambahnya.
Fenomena itu, kata Hasto, banyak terjadi di kota-kota besar. Selain usia pasangan menikah yang semakin mundur, tren keluarga kecil dengan jumlah anak sedikit juga sedang terjadi.
"Jadi bisa saja terjadi minus growth atau zero growth sekarang ini kan beberapa daerah sudah minus growth, zero growth seperti beberapa kabupaten di Jawa Timur, Jawa Tengah minus growth jumlah anaknya sedikit," jelasnya.
Seperti yang Hasto bilang, resesi seks di Indonesia mungkin saja terjadi meski masih lama. Bisa jadi setelah generasi anak muda yang hidup di tahun 2045, mayoritas memutuskan tidak menikah dan tidak punya anak alias child free.
Resesi seks sendiri sebenarnya bukan fenomena baru di dunia. Amerika Serikat dan Eropa sudah lebih dulu mengalaminya.
McKinsey, biro konsultansi manajemen global asal Amerika Serikat, menyebut resesi seks ini bisa menimbulkan lonely economy atau solo economy.
Baca Juga: Elon Musk Girang Apple dan Amazon Kembali Beriklan di Twitter
Fenomena lonely economy ditandai dengan naiknya permintaan hunian yang lebih kecil, tingkat kepemilikan hewan peliharaan yang meningkat, serta banyaknya permintaan robot serbabisa untuk menjadi "teman" di rumah.
Hal itulah yang terlihat di kawasan Asia Timur sekarang. Di Korea Selatan (Korsel), gaya hidup solo economy disebut 'honjok'.
Dikutip dari laman resminya, Kamis (8/12/2022), McKinsey menyebut ukuran rata-rata rumah tangga di Asia menyusut, dan sebagian besar negara mengalami penurunan dalam 20 tahun terakhir.
Di Indonesia, jumlah keluarga yang hanya punya dua anak semakin meningkat. Jumlah keluarga dengan empat anggota ini sudah mencapai 10 persen dari total rumah tangga di RI.
Sumber : KOMPAS TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.