BERLIN, KOMPAS.TV - Otoritas Jerman menangkap setidaknya 25 orang sehubungan dugaan rencana kudeta bersenjata oleh sekelompok gerakan ekstrem kanan, Rabu (7/12/2022). Para tersangka dugaan kudeta dilaporkan berasal dari kelompok Reichsburger, pihak yang menolak mengakui eksistensi Republik Federal Jerman yang dibentuk pasca-Perang Dunia Kedua.
Melansir Associated Press, Kejaksaan Federal Jerman melaporkan bahwa operasi ini melibatkan sekitar 3.000 personel polisi, menyasar 130 titik di 11 negara bagian. Di antara 25 tersangka, dua adalah warga negara asing, salah satunya dari Rusia.
Kejaksaan Jerman menyebut para tersangka diduga telah membentuk "organisasi teroris yang bertujuan memakzulkan tatanan kenegaraan di Jerman saat ini dan menggantinya dengan negara versi mereka, yang mana tengah dirumuskan."
Otoritas Jerman pun melaporkan bahwa sebagian tersangka sudah melakukan "persiapan konkret" untuk meluncurkan kudeta bersenjata.
Baca Juga: Geger Rencana Kudeta Bersenjata di Jerman, 25 Orang Ditangkap, Diduga Berencana Serbu Parlemen
Kelompok yang diduga merencakan kudeta ini adalah Reichsburger (Warga Reich), gerakan ekstrem kanan yang menentang Republik Federal Jerman dan tak ragu melakukan kekerasan. Kelompok ini diyakini hendak mengembalikan Jerman ke masa kekaisaran.
Gerakan Reichsburger disebut menolak untuk mengakui eksistensi Republik Federal Jerman yang dibentuk usai Nazi kalah dalam Perang Dunia Kedua.
Sebagaimana disarikan DW, gerakan ini meyakini bahwa negara Jerman saat ini hanyalah konstruksi administratif yang dikendalikan Barat.
Bagi anggota-anggota Reichsburger, perbatasan Jerman yang sah adalah perbatasan tahun 1937 ketika Kekaisaran Jerman masih eksis. Kelompok ini enggan membayar pajak dan mendeklarasikan "teritori nasional" sendiri yang disebut "Kekaisaran Jerman Kedua" atau "Negara Prusia Merdeka".
Gerakan Reichsburger dilaporkan terbentuk dari kelompok-kelompok kecil yang umumnya tersebar di negara bagian Brandenburg, Bayern, dan Mecklenburg-Vorpommern.
Kelompok ini bahkan menerbitkan paspor dan surat izin mengemudi bagi anasir-anasirnya. Di laman resmi mereka, Reichsburger juga dengan bangga mengumumkan niat untuk "bertempur melawan Republik Federal Jerman."
Otoritas Jerman melaporkan bahwa dewan pimpinan Reichsburger telah memerintahkan pembentukan sayap militer, mencari senjata, dan menggelar latihan tempur. Namun, belum diketahui sudah sejauh mana rencana ini dieksekusi.
Kepolisian Jerman pun dilaporkan menemukan peti-peti senjata dan amunisi berjumlah besar yang diduga kepunyaan Reichsburger. Sebagian anggotanya pun merupakan bekas personel militer Angkatan Bersenjata Republik Federal Jerman dan Jerman Timur.
Unit pasukan khusus Jerman, KSK juga diyakini terkait dengan gerakan tersebut. Pada Rabu (7/12), salah satu barak KSK dilaporkan turut digeledah, tetapi Berlin tidak mengonfirmasi ataupun membantah informasi ini.
Sebelum dugaan rencana kudeta terbongkar, kelompok Reichsburger pun diasosiasikan dengan sejumlah kasus kekerasan beberapa tahun belakangan. Pada 2016, seorang polisi ditembak mati anggota Reichsburger saat hendak menyita senjata api yang didapat secara ilegal.
Kebanyakan anggota Reicshburger disebut berusia 50 tahun ke atas dan menganut ideologi populisme sayap kanan, antisemitik, dan Nazi. Anggota-anggota kelompok ini disebut memercayai teori-teori konspirasi, termasuk teori bahwa Jerman sebenarnya dikuasai pemerintahan rahasia yang memanipulasi masyarakat.
Menurut Kejaksaan Jerman, usai menyerbu parlemen, Reichsburger berencana membentuk pemerintahan transisi yang akan menegosiasikan bentuk negara baru Jerman dengan pihak-pihak yang memenangkan Perang Dunia Kedua, pertama-tama dengan Federasi Rusia.
Baca Juga: Bendera Nazi Dikibarkan Demonstran di Gedung Reichstag, Pemerintah Jerman: Memalukan
Sumber : Associated Press/DW
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.